Tips Investasi Saham untuk Pendidikan Anak, Kenali Risikonya dan Hindari Sejumlah Hal Ini

- 2 Februari 2021, 22:05 WIB
Ilustrasi investasi saham.
Ilustrasi investasi saham. /Antara Foto/Sigid Kurniawan/

MAPAY BANDUNG - Saham menjadi instrumen investasi dengan imbal hasil tinggi. Bukan rahasia lagi, saham bisa menjadi salah satu pilihan bagi orangtua guna dijadikan sebagai instrumen investasi untuk dana pendidikan anak.

Saham bisa menjadi media pembantu orangtua dalam mengumpulkan dana pendidikan anak serta merealisasikan tujuan jangka panjang. Namun apakah semua orang pasti cocok dengan instrumen ini?

Mengingat biaya pendidikan anak adalah salah satu dari tujuan finansial setiap orangtua, apa saja hal yang bisa dilakukan orangtua terkait investasi saham dan menyiapkan dana pendidikan anak? Simak ulasannya seperti dilansir MAPAY BANDUNG dari Lifepal.

Baca Juga: Swiss Open Super 300 di Depan Mata, Ini Daftar Nama Wakil Indonesia yang Bermain

Baca Juga: Polres Cimahi Tangkap 16 Pengedar Narkoba, 1 Pelaku Juga Berprofesi PSK

Pahami risiko investasi saham
Investasi saham memiliki risiko tinggi dan tidak bisa dilakukan dengan cara asal-asalan.

Membeli saham sama halnya dengan membeli sebuah perusahaan. Walau kepemilikan Anda tidak banyak, Anda sudah membeli sebuah bisnis. Berinvestasi dengan membeli bisnis tentu saja membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Pahamilah analisis fundamental yang baik sebelum Anda membeli saham untuk berinvestasi. Kenalilah rasio-rasio yang menunjukkan profitabilitas, kesehatan keuangan, dan valuasi sebuah perusahaan, bandingkan pula kinerja dari perusahaan dengan kompetitornya.

Hindari melakukan pembelian saham hanya karena rumor atau mengikuti ajakan-ajakan teman atau tokoh-tokoh publik semata.

Baca Juga: Vaksin yang Baru Datang Kemasannya Berbeda dengan CoronaVac, Kualitasnya Sama?

Baca Juga: Alat Tilang Elektronik Terpasang di Sembilan Ruas Jalan Kota Bandung

Itulah hal-hal yang harus Anda pahami sebelum memilih saham sebagai sebuah instrumen investasi untuk mengumpulkan biaya pendidikan anak.

Sebelum Anda memulai investasi ini, pastikan terlebih dulu Anda sudah mengetahui berapa total dana pendidikan yang dibutuhkan dan berapa tahun dana tersebut ditargetkan harus terkumpul.

Hindari gunakan dana pendidikan yang sudah ada untuk beli saham
Jangan pernah menggunakan dana yang memang sudah ada dan Anda siapkan sebagai biaya pendidikan anak untuk membeli saham.

Jika hal ini terjadi, Anda sama saja dengan menggunakan uang panas untuk berinvestasi. Sebaliknya, berinvestasilah untuk mengumpulkan atau menambah dana pendidikan anak.

Dana pendidikan yang sudah ada, harus dimanfaatkan untuk segala kebutuhan akademis anak Anda, baik itu membayar SPP, membeli buku, seragam, membayar uang gedung, SKS, dan lainnya, bukan untuk investasi atau trading.

Jika memang Anda tidak memiliki dana menganggur, anggarkan saja dana sebesar minimal 10% dari penghasilan per bulan untuk membeli saham. Belilah saham dengan metode cost averaging secara rutin per bulan.

Saham bisa digunakan untuk dana pendidikan anak hingga jejang tinggi
Bila Anda memiliki anak yang masih duduk di bangku kelas 3 SD, tidak ada salahnya membeli saham untuk modal biaya pendidikannya di jenjang sekolah menengah atas atau S1.

Hal itu disebabkan karena investasi yang Anda lakukan memiliki target di jangka panjang.

Anggap saja, pada tanggal 22 Januari 2010 saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dibanderol di harga Rp4.825 per lembar.

Tapi pada tanggal 29 Januari 2021 harganya sudah mencapai Rp33.800. Mereka yang membelinya 11 tahun yang lalu tentu mendapat keuntungan sebesar 600 persen.

Selama saham yang Anda beli adalah saham perusahaan dengan profitabilitas tinggi, keuangan sehat, dan prospek bisnis yang menjanjikan, maka harga saham dari perusahaan itu akan terus tumbuh, meski terjadi volatilitas dalam jangka waktu pendek.

Hindari beli saham untuk jangka pendek
Anggap saja, Anda memiliki seorang anak yang akan masuk SD, SMP, SMA atau mendaftar kuliah dalam satu atau dua tahun ke depan. Itu artinya, Anda akan membayar biaya pendaftaran sekolah dan biaya lainnya dalam jangka waktu pendek.

Membeli saham untuk memenuhi tujuan finansial jangka pendek bisa saja dilakukan, namun hal ini sangat berisiko.

Baca Juga: Geoffrey Castillion Terima Pinangan Klub Italia Berstatus Pinjaman

Baca Juga: Siap-siap Alat Tilang Elektronik Akan Berlaku di Bandung, Ini 9 Titiknya

Transaksi di bursa sejatinya tidak jauh berbeda dengan transaksi di pasar. Hukum ekonomi berlaku dalam perdagangan tersebut, ketika suatu saham diborong banyak investor maka harganya akan meningkat, begitu pun sebaliknya.

Fluktuasi saham dalam jangka waktu satu atau dua tahun memang sangat tinggi. Bisa saja, karena sentimen buruk yang muncul dalam jangka waktu pendek yang mempengaruhi tingkat imbal hasil kita.

Alangkah baiknya untuk memilih instrumen rendah risiko. Sebut saja seperti deposito, surat berharga negara, atau reksa dana pasar uang.***

Editor: Indra Kurniawan

Sumber: Lifepal.co.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x