Memiliki Makna Penting dalam Islam, Kapan Isra Mi’raj Tahun 2023?

- 10 Februari 2023, 19:00 WIB
Berikut ini kumpulan link twibbon Hari Isra Miraj 2023 dengan desain yang menarik dan cocok.
Berikut ini kumpulan link twibbon Hari Isra Miraj 2023 dengan desain yang menarik dan cocok. /Twibbonize

 

MAPAY BANDUNG – Isra Mi’raj merupakan dua perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam. Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah, sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.

 

Kejadian ini adalah salah satu peristiwa penting bagi umat Islam. Sebab, pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu dalam sehari semalam.

Isra Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah sekaligus titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Ini Bisa Bikin Perut Buncit, Nomor 1 Makan Larut Malam

Lalu pertanyaannya, kapan Isra Mi’raj tahun 2023 terjadi?

 

Berdasarkan pada kalender digital milik Kementerian Agama (Kemenag) 27 Rajab 1444 H jatuh pada hari Sabtu, 18 Februari 2023. Artinya, Isra Mi’raj akan diperingati pada tanggal dan hari tersebut.

Selain itu, peringatan Isra Mi’raj pada 18 Februari 2023 akan ditetapkan sebagai hari libur nasional oleh pemerintah. Hal ini merujuk pada Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri Nomor 3 Tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023.

Makna Dari Isra Mi’raj

Dilansir MapayBandung.com dari laman resmi Kemenag, peristiwa Isra Mi’raj merupakan peristiwa yang berharga dan bermakna bagi umat Islam. Sebab, ketika inilah salat lima waktu diwajibkan dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini.

Dari ajaran langit tersebut, terdapat nilai-nilai signifikan bagi sebuah kepemimpinan, diantaranya sebagai berikut.

Baca Juga: Inilah 5 Arti Suara Burung Perkutut di Malam Hari, Waspada! Bisa Bawa Sial

1. Menjaga Integritas Moral (akhlaqul karimah)

Sebagaimana tercermin dari ayat yang mengemukakan peristiwa Isra Mi’raj, yang dimulai dengan “tasbih”, juga peristiwa pembersihan dada Nabi dengan air zamzam ditambah dengan wudlu, maka dalam sebuah kepemimpinan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjaga integritas moral.

Dalam konteks keindonesiaan, hal ini dapat diwujudkan dengan reformasi moral (revolusi mental) yang dimulai dari tingkat aparaturnya.

2. Belajar Kepada Sejarah

Selain integritas moral, yang tidak kalah pentingnya adalah belajar kepada sejarah. Hal ini bisa berupa nilai-nilai yang berkenaan dengan masa lampau, dapat pula berupa pengalaman dari orang per-orang yang pernah menjalankan sebuah kepemimpinan.

Dengan demikian kontinuitas kesejarahan dapat terus dipertahankan dan dikembangkan.

Baca Juga: GERD Sembuh Alami, Makan 3 Makanan Ini Kata dr. Zaidul Akbar

3. Mendapat Nilai-Nilai Kesejahteraan

Dengan integritas moral serta nilai-nilai kesejahteraan itu, diharapkan sebuah kepemimpinan dapat berjalan dengan benar dan tidak mudah terpincut godaan, sebagaimana teladan Nabi ketika melakukan Mi’raj-nya.

Kepemimpinan yang demikian hanya dimungkinkan, manakala seluruh aparaturnya tegak lurus dalam melaksanakan keadilan dengan didasari oleh nilai-nilai persamaan di muka hukum (al-musawwah).

Hal ini pun akan dapat berjalan baik, apalagi aparatur tersebut bersikap konsinten dan disiplin, dapat dipercaya, serta dapat merundingkan segala persoalan secara bersama (musyawarah).

4. Kebijakan Membumi Kepada Hati dan Kebutuhan

Hendaknya kebijakan seorang pemimpin membumi kepada hati dan kebutuhan (rakyat) yang dipimpinnya. Dalam peristiwa Isra Mi’raj, hal itu telah diteladankan Nabi Muhammad SAW, ketika beliau relakembali (turun) ke bumi setelah bertemu Allah.

Kembalinya Rasulullah ini dimaksudkan untuk menyelamatkan nasib umat manusia. Maka dalam konteks ini, kebijakan yang membumi mutlak diperlukan.

Baca Juga: Penderita Diabetes Boleh Makan Nasi Putih, Asal Kondisinya Seperti Ini Kata dr Saddam Ismail

5. Simbolisme Prinsip Kepemimpinan

Amanat Rasulullah SAW untuk menegakkan salat, pada dasarnya merupakan suatu simbolisme yang mengajarkan prinsip kepemimpinana, yakni pola hubungan antara hamba (manusia) kepada Tuhannya dan antara manusia dengan sesamanya.

Dalam ajaran salat, seseorang yang hendak melaksanakannya, diwajibkan terlebih dahulu berwudlu atau dalam keadaan suci. Pelaksanaan salat itu sendiri dimulai dengan mengagungkan Asma Allah (takbiratul ihram) dan diakhiri dengan doa keselamatan bagi segenap umat manusia (salam).

Itulah 5 makna atau nilai-nilai signifikan bagi kepemimpinan dalam peristiwa Isra Mi’raj.*** (Zahra Pajriyanti Al`Husna/Job Training)


Ikuti berita terbaru MapayBandung.com lainnya melalui Google News.

Editor: Haidar Rais


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah