Pandemi dan Risiko Bertambahnya Berat Badan Pada Anak, Berikut Penjelasan Lengkapnya

- 1 Juli 2021, 12:15 WIB
Ilustrasi obesitas.
Ilustrasi obesitas. /Pexels/Anna Tarazevich

MAPAY BANDUNG - Adaptasi dan penyesuaian terkait dampak akibat pandemi adalah sesuatu yang kadang sulit dilakukan.

Salah satunya adalah dampak pada pola makan dan hidup sehat seseorang selama pandemi sering terlihat.

Begitupun dengan adanya penambahan berat badan selama pandemi dikutip MapayBandung.com dari Healthline.com menunjukkan sebuah hasil riset bahwa lebih dari 40 persen orang dewasa mengalami kenaikan berat badan yang tidak diinginkan selama pandemi.

Menyusul hasil riset tersebut selain orang dewasa ternyata banyak orang tua yang melaporkan anak-anak mereka juga mengalami kenaikan berat badan yang tidak diinginkan.

Informasi ini mungkin tidak terlalu mengejutkan. Pasalnya untuk mengatasi stres dan pergolakan kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 sangat sulit rasanya bagi semua orang, tanpa memandang usia.

Dr Kristin Saxena, seorang dokter anak bersertifikat dan ahli gizi di Omaha, Nebraska, Amerika mengatakan bahwa salah satu kontributor terbesar kenaikan berat badan untuk anak-anak selama pandemi, terutama selama sekolah daring, adalah kurang teraturnya pola makan.

Baca Juga: Indonesia Terima 14 Juta Dosis Vaksin dari Sinovac

“Selama sekolah, anak-anak tidak memiliki akses konstan ke makanan dan makanan ringan, sedangkan (saat sekolah daring) mereka dapat melakukannya di rumah, terutama jika mereka tidak diawasi oleh orang tua,” katanya.

Hal ini dapat menyebabkan kecenderungan yang lebih besar untuk menciptakan kebiasan baru pada makan makanan ringan dan mungkin minuman manis sepanjang hari.

Ia mengatakan, selain pola makan yang tidak teratur, sebagian besar anak juga mengalami kurang olahraga selama pandemi. Tanpa adanya kelas pendidikan jasmani, istirahat, dan olahraga terorganisir, mereka hanya memiliki lebih sedikit kesempatan untuk bergerak aktif.

Tentu saja hasilnya adalah penambahan berat badan pada anak, sebenarnya beberapa alasan tadi dasarnya juga terjadi pada orang dewasa.

Hanya saja ada beberapa alasan yang hanya terjadi pada orang dewasa dan begitupun sebaliknya.

Namun dalam kasus kelompok anak-anak tertentu kemungkinan bertambahnya berat badannya lebih tinggi daripada orang dewasa.

Salah satunya adalah kelompok anak-anak yang kurang sekali atau bahkan tanpa ada pengawasan orang tuanya.

“Anak-anak yang memiliki sedikit atau tanpa pengawasan di siang hari karena orang tua atau orang tua mereka harus bekerja di luar rumah, atau bahkan harus terlibat dalam pekerjaan sepanjang hari saat bekerja dari rumah, seringkali harus bertanggung jawab untuk memberi makan diri mereka sendiri sepanjang hari. ," dia berkata.

Kemungkinan terburuknya adalah anak-anak dalam situasi seperti ini mungkin lebih cenderung membuat keputusan makan yang buruk, sehingga risiko penambahan berat badan bahkan sampai obesitas makin tinggi.

Baca Juga: PPKM Darurat Jawa-Bali Berlaku 3-20 Juli 2021, Catat Aturan Lengkapnya!

“Anak-anak yang sudah berisiko mengalami obesitas jelas memiliki risiko yang lebih besar,” jelasnya.

Sebaliknya anak-anak yang berlatar belakang sosial ekonomi rendah juga mengalami risiko penambahan berat dari pola makan ini, atau mungkin sebaliknya mereka dapat mengalami kurang nutrisi.

Hal tersebut disebabkan karena lagi-lagi pilihan makanan, mereka akan cenderung memilih makanan yang murah dan instan sehingga setiap harinya nutrisi dari makanan tersebut tidak akan seimbang.

Lantas jika dibiarkan begitu saja saja penambahan berat badan ini akan berakhir dengan obesitas pada anak. Obesitas baik itu terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak tentunya bukanlah hal yang baik.

Sebab banyak penyakit lain yang mungkin saja parah dapat dipicu oleh keadaan obesitas ini, mulai dari penyakit jantung hingga yang lainnya.

Oleh karena itu penting rasanya ada pengawasan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa terhadap pola makan pada anaknya.

Baca Juga: Tegas Soal PPKM Darurat, Pemerintah Bakal Kerahkan Seluruh Sumber Daya Mulai TNI-Polri Hingga ASN

Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah membangun kembali, atau memulai, makan berstruktur. Mulailah dengan memilih makanan yang lebih sehat seperti jangan terus menerus memberi minuman manis pada anak.

"Juga, menghilangkan minuman manis dan hanya membiarkan air di antara waktu makan adalah cara yang bagus untuk mengurangi asupan kalori kosong," katanya

Kemudian hidupkan kembali makan bersama keluarga yang teratur dan sehat.

“Selain itu, makan bersama keluarga sangat bermanfaat bagi anak-anak. Makan bahkan satu kali sehari sebagai sebuah keluarga dikaitkan dengan kegiatan yang lebih sehat.”

Mengingat anak-anak adalah topik dari masalah ini, ditekankan kepada orang tua untuk tidak membahas diet. Sebab diet adalah sesuatu yang harus dihindari oleh anak.

"Tidak ada diet. Anak-anak tumbuh dan berkembang, jadi diet direkomendasikan. Dan, tentu saja, jangan menstigmatisasi penampilan, berat badan, atau kebiasaan. Ketika ini terjadi, risiko anak untuk makan tidak teratur meningkat,’ ungkapnya

Sejalan dengan itu, orang tua harus menghindari membatasi jumlah makanan yang dimakan anak atau memaksa mereka untuk menghilangkan seluruh kelompok makanan.

“Sebaliknya, pilih makanan sehat untuk ditawarkan kepada anak Anda dan biarkan mereka makan sebanyak yang mereka butuhkan dan inginkan. Menempatkan mereka pada diet ketat kemungkinan hanya akan menyebabkan mereka lebih banyak masalah dengan diet yo-yo atau gangguan makan di masa depan,” jelasnya.

Pada akhirnya, hal terpenting yang dapat dilakukan orang tua adalah membantu anak mereka membangun pola makan yang sehat demi menjaga terhindarnya obesitas bukan karena penampilan mereka, pastikanlah anak-anak mrsa dicintai karena itulah yang paling penting.*** (David Wardana Saputra/JOB)

Editor: Haidar Rais

Sumber: Healthline


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah