Network
MAPAY BANDUNG - Kehidupan manusia saat ini sudah tidak bisa lagi dipisahkan dengan layar, baik itu layar handphone, laptop atau smartwatch dan layar gadget lainnya lagi.
Sebab layar gadget tersebutlah yang menghubungkan manusia dengan dunia digital yang juga saat ini menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Layar tadi memang sudah menjadi sangat penting bagi kehidupan kerja, ditambah selama setahun terakhir dalam menanggapi Covid-19, kehidupan sosial juga berpindah ke layar digital.
Dikutip MapayBandung.com dari EverudayHealth.com menjelaskan jika manusia bisa menghabiskan lebih dari 11 jam setiap hari untuk berinteraksi dengan media digital. Tentu saja hal itu meningkat selama setahun terakhir.
Hal ini menunjukkan lebih banyak waktu berada di depan layar berarti ada peningkatan signifikan dalam paparan blue light atau cahaya biru, lantas apa itu blue light dan seperti apa bahayanya.
"Semua cahaya yang kita lihat terdiri dari panjang gelombang cahaya yang berbeda, panjang gelombang tertentu menunjukkan warna tertentu,” kata Vivienne Sinh Hau seorang dokter mata di Kaiser Permanente di Riverside, California.
Blue light memiliki panjang gelombang terpendek dan energi tertinggi, bergetar antara 380 dan 500 nanometer.
Baca Juga: dr. Tirta Buka Suara Soal Covid-19 di Indonesia: Gak Kaget Kalau Rem Darurat Ditarik
Blue light dari layar biasanya yang dimaksud orang ketika berbicara tentang paparan cahaya biru atau blue light exposure, tapi layar bukan satu-satunya sumber dari blue light.
“Kami melihat cahaya biru dalam segala hal yang kami lakukan — praktis dalam segala hal,” katanya
