Narasi Buruk Pengungsi Rohingya Masih Ramai di Sosial Media, Siapa yang Diuntungkan? Pihak PBB Buka Suara

- 19 Desember 2023, 10:30 WIB
Pihak PBB buka suara soal narasi negatif pengungsi Rohingya ramai di sosial media
Pihak PBB buka suara soal narasi negatif pengungsi Rohingya ramai di sosial media /Instagram Utusan Malaysia

MAPAY BANDUNG - Isu Rohingya membuat pendapat masyarakat Indonesia terpecah, berbagai narasi buruk yang mencuat menyebut pengungsi Rohingya mendapat citra negatif.

Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang ingin menolong mereka dengan alasan kemanusiaan, namun banyak pula yang menolak kedatangan pengungsi Rohingya karena termakan isu negatif di sosial media.

Baru-baru ini lima kapal pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Cox Bazar Bangladesh kembali mendekati perairan Pidie, Aceh, pada Sabtu 16 Desember 2023 malam.

Baca Juga: Heboh Narasi Negatif Etnis Rohingya Gemar Membuang Makanan dan Rusak Fasilitas, Pengungsi Sebut Itu Fitnah

Untuk menolak ratusan pengungsi Rohingya yang diduga terlibat Tindak Pidana Perlindungan Orang (TPPO), warga Pidie berhamburan dan melakukan siaga penuh di lepas Pantai Mantak Tari.

Kapolres Pidie, AKBP Imam Asfali menjelaskan kelima kapal pengangkut pengungsi Rohingya mulai terlihat oleh kapal nelayan saat di perairan Aceh. Hingga saat ini, polisi dan warga masih aktif dan menjaga pesisir pantai

Sementara itu terkait warga Aceh yang melakukan penolakan besar-besaran kepada pengungsi Rohingya, Pelapor Khusus PBB untuk Situasi HAM di Myanmar, Tom Andrews, buka suara.

Baca Juga: Tradisi Unik Natal 2023 di Indonesia, Nomor 3 Pawai Keliling Kampung dengan Kostum Meriah

Menurut pandangannya, penolakan pengungsi Rohingya karena terdapat salah informasi dan kurang pahamnya warga tentang kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Myanmar.

Tom Andrews pun berharap kepada negara Asean untuk bekerjasama membantu warga Rohingya untuk menyelesaikan krisis ini.

Ia menjelaskan jika warga Rohingya yang berada di kamp Cox Bazar mendapat persekusi, penganiayaan, dan penyerangan yang sebenarnya bukan mereka penyebabnya.

“Bukan karena apa yang mereka lakukan, tetapi karena siapa mereka,” ucapnya.

Baca Juga: Kemenhub Prediksi Puncak Arus Mudik Nataru 2023/24 Terjadi 2 Kali, Ini Tanggalnya

Lebih lanjut Ia pun menjelaskan tidak ada yang diuntungkan dengan narasi negatif yang beredar di sosial media.

Namun yang harus diketahui, etnis Rohingya melakukan perjalanan putus asa yang berbahaya mengarungi Laut Andaman karena mendapat penyerangan yang keras saat berada kamp Cox Bazar.

Dari pantauan PBB, Rohingya putus asa karena diserang oleh Myanmar sebagai etnis mintoritas pemeluk agama muslim di sana. Selain itu, alasan memina bantuan kepada Indonesia dan Malaysia karena kondisi mengerikan yang mereka hadapi di pengungsian Bangladesh.

Baca Juga: 9 Simbol Natal Populer di Indonesia Ini Bermakna Spiritual, Erat Kaitannya dengan Yesus Kristus

Tom Andrews menjelaskan gelombang penolakan yang terjadi di Indonesia ditengarai ujaran kebencian yang dilakukan beberapa pihak yang menyebarkan informasi salah.

Meski demikian masih banyak masyarakat Indonesia yang bersikap adil, peduli, dan memiliki simpati terhadap pengungsi Rohingya.

“Mereka (Rohingya) telah melakukan perjalanan berbahaya bukan karena mereka ingin, tetapi karena putus asa tidak ada alternatif lain,” imbuhnya.

Baca Juga: Tak Ada Kaitan dengan Aksesoris Motor, Ini Asal-usul Nama Jalan Pungkur di Bandung

PBB memberika pujian kepada Indonesia yang telah memberikan jalan kepada pengungsi Rohingya untuk bertahan hidup.

Dari data yang berhasil dihimpun, lebih dari 75 persen pengungsi Rohingya yang melarikan diri adalah perempuan dan anak-anak. Itulah mengapa perwakilan PBB masih bekerja di perairan Aceh untuk membantu permasalahan pengungsi Rohingya.***

Editor: Asep Yusuf Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah