Contoh Materi Khutbah Jumat 22 Januari 2021: Ikhlas Menghadapi Musibah

- 19 Januari 2021, 22:47 WIB
Umat Islam melaksanakan shalat Jumat berjamaah dengan menerapkan jaga jarak di Masjid Pusdai, Bandung, Jawa Barat, Jumat 5 Juni 2020
Umat Islam melaksanakan shalat Jumat berjamaah dengan menerapkan jaga jarak di Masjid Pusdai, Bandung, Jawa Barat, Jumat 5 Juni 2020 /ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/.*/ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww



MAPAY BANDUNG - Berikut contoh materi khutbah untuk Jumat 22 Januari 2021 yang mengambil tema tentang ikhlas dalam menghadapi musibah untuk mendapat rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala.

Seperti diketahui, di awal tahun 2021 ini, bangsa Indonesia diberi ujian oleh Allah SWT berupa musibah.

Sejumlah musibah dan bencana terjadi di beberapa daerah dari mulai banjir, longsor, gempa, sampai jatuhnya pesawat Sriwijaya Air.

Tak hanya itu, musibah terbesar bagi umat juga datang ketika ulama panutan Syekh Ali Jaber dipanggil Ilahi Rabi.

Baca Juga: 10 Gol Debut Tercepat Persib Bandung, Hilton Moreira Terbaik

Lantas, sebagai umat Muslim, bagaimana kita menghadapi berbagai macam musibah ini? Bagaimana selayaknya sikap kita menghadapi ujian ini?

Berikut contoh materi khutbah tentang musibah yang dikutip MapayBandung.com dari laman NU Online.

لْحَمْدُ لِلّٰه، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧) (البقرة: ١٥٥- ١٥٧


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Dalam kesempatan berbahagia ini, izinkah khatib dari atas mimbar berwasiat wabil khusus kepada diri khatib sendiri dan umumnya untuk jamaah sidang Jumat rahimakumullah.

Marilah kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.

Baca Juga: Hore! Pemeritah Kota Bandung Segera Umumkan Pemenang Lelang Proyek Infrastruktur

Kaum Muslimin yang berbahagia,

Dalam beberapa ayat tadi, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar. Mereka diberi kabar gembira akan mendapatkan shalawat dan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Shalawat yang dimaksud dalam ayat di atas adalah rahmat (kasih sayang) yang disertai dengan kemuliaan derajat dan keagungan (ta’zhim) dari Allah ta’ala. Rahmat tersebut adalah rahmat yang khusus, bukan sekadar rahmat.

Karena dalam kehidupan dunia, rahmat Allah terbagi menjadi dua: rahmat umum dan rahmat khusus. Rahmat yang sifatnya umum diberikan oleh Allah di dunia ini tidak hanya kepada orang-orang yang mukmin, namun juga diberikan kepada siapa pun.

Semua manusia, mukmin atau pun kafir, orang yang taat maupun pelaku maksiat, di dunia semuanya mendapatkan rahmat Allah yang umum.

Di antara rahmat yang sifatnya umum itu adalah kesehatan, kekayaan, nikmat bernapas dan menghirup udara segar serta nikmat-nikmat duniawi lainnya.

Hal-hal itu adalah rahmat Allah yang diberikan secara umum kepada semua orang tanpa memandang agama dan keyakinannya, tanpa memandang akhlak dan perilakunya. Semuanya diberi. Semuanya dapat. Semuanya merasakan.

Adapun rahmat yang khusus, yaitu rahmat yang disertai dengan kemuliaan derajat dan keagungan, tidaklah Allah anugerahkan di dunia ini kecuali kepada orang-orang yang beriman, bersabar dan ridha terhadap segala apa yang Allah takdirkan kepada mereka.

Jadi syarat pertama dan paling utama untuk mendapatkan rahmat khusus itu adalah iman, yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Beriman kepada Allah artinya meyakini dengan pasti dan sepenuh hati bahwa Allah ada tapi tidak serupa dengan segala yang ada, serta tidak menentang Allah dalam segala apa yang Ia tentukan bagi para hamba, baik ketentuan itu manis atau pun pahit, baik maupun buruk, menyenangkan atau pun menyusahkan, membahagiakan atau pun menyengsarakan.

Sedangkan beriman kepada Rasul artinya percaya dengan pasti dan sepenuh hati tentang segala apa yang beliau beritakan, baik berkaitan dengan hukum di dunia atau pun berkaitan dengan apa yang akan terjadi di alam barzakh dan akhirat kelak.

Baca Juga: KABAR BAIK: Okupasi Tempat Tidur Isolasi Corona di Kota Bandung Menurun

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ayat-ayat di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa rahmat Allah yang disertai kemuliaan derajat akan diberikan kepada orang-orang yang pada saat ditimpa musibah, mereka mengatakan “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” serta meyakini maknanya.

“Inna lillah” artinya ridha dan menerima segala ketentuan Allah serta tidak protes dan menentangnya. Baik ketentuan itu sesuai dengan apa yang kita inginkan atau pun tidak. Baik ketentuan itu membuat kita senang atau pun susah.

Yang demikian itu karena kita harus meyakini secara pasti bahwa diri kita dan apa yang kita miliki adalah milik Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, Allah berhak bertindak apa saja yang Ia kehendaki terhadap segala apa yang menjadi milik-Nya.

Hadirin rahimakumullah,

Diri kita, anak kita, pasangan hidup kita, rumah, harta, mobil bahkan nyawa kita sejatinya adalah milik Allah ta’ala. Kesehatan bukanlah milik kita. Jika Allah sebagai pemiliknya mengambilnya dari kita lalu kita dijadikan sakit, maka kita wajib ridha dan sabar.

Harta juga bukanlah milik kita. Jika Allah sebagai pemiliknya mengambilnya dari kita lalu kita dijadikan miskin, maka kita wajib ridha dan sabar. Anak dan pasangan kita bukan pula milik kita. Jika Allah sebagai pemiliknya mengambil mereka dan mewafatkan mereka, maka kita wajib ridha dan sabar.

Kepemilikan kita terhadap itu semua hanyalah kepemilikan yang majazi, bukan kepemilikan yang hakiki. Semuanya itu sejatinya hanyalah amanah yang Allah titipkan kepada kita.

Karena hanya titipan, jika sewaktu-waktu diambil oleh pemiliknya, maka kita wajib menerima dengan sikap ridha dan menghadapinya dengan penuh kesabaran. Karena hanya titipan, maka kita tidak boleh dan tidak sepatutnya menyombongkan diri, sebanyak apa pun harta kita, setampan dan secantik apa pun kita.

Baca Juga: KABAR BAIK: Okupasi Tempat Tidur Isolasi Corona di Kota Bandung Menurun

Kaum Muslimin rahimakumullah,

“Wa Inna ilaihi raji’un” artinya kita semua pada akhirnya akan memperoleh balasan dari Allah ta’ala. Balasan yang diperoleh tentu sesuai dengan kadar iman dan amal shalih masing-masing. Orang yang imannya sempurna, begitu keluar dari dunia dan memasuki alam barzakh, maka tidak ada sedikit pun yang membuatnya susah dan sengsara.

Setiap saat, setiap detik ia akan merasakan kenikmatan dan kebahagiaan. Keadaannya bagaikan orang yang pada awalnya hidup susah dan merasakan pengapnya penjara yang sempit lalu keluar dari penjara dan menghirup udara bebas dan merasakan kelapangan hidup.

Atau ibarat orang yang awalnya kelaparan di musim paceklik lalu hidup sejahtera dan sentosa. Begitulah alam barzakh bagi seorang mukmin. Lebih-lebih seorang mukmin yang imannya sempurna.

Kaum Muslimin rahimakumullah,

Dalam ayat di atas, Allah menyebut kata “mushibah” dengan lafazh nakirah. Artinya musibah apapun, besar maupun kecil, berat atau pun ringan, akan memberikan manfaat bagi seorang Muslim jika dihadapi dengan sikap ridha dan sabar. Musibah itu akan mengangkat derajatnya dan menghapus dosanya.

Sampai-sampai musibah yang sangat ringan sekali pun dan tidak dianggap sebagai musibah oleh kebanyakan orang, seperti tertusuk duri atau sedikit rasa risau di hati, juga bermanfaat bagi seorang Muslim.

Semakin besar dan semakin berat musibah yang Allah timpakan kepada seorang Muslim, maka semakin banyak manfaat yang ia peroleh.

Baca Juga: Link Live Streaming Toyota Toyota Thailand Open 2021, Tonton 10 Wakil Indonesia Berlaga

Semakin banyak dosanya yang diampuni dan semakin tinggi derajatnya. Bahkan hal itu menjadi tanda bahwa Allah menghendaki kebaikan pada dirinya sebagaimana sabda Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:


(مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Halaman:

Editor: Rian Firmansyah

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x