MAPAY BANDUNG - Pada umumnya nyeri pada leher ini sering muncul di bagian leher belakang, sebelah kanan, sebelah kiri, ataupun bagian depan.
Biasanya nyeri yang diderita, akibat otot-otot leher yang tertarik, saraf terjepit ataupun pengapuran pada sendi.
Agar lebih jelas mengenai penyebab nyeri leher tersebut, maka dokter yang juga healthy vlogger, yakni dr. Saddam Ismail akan mengungkapnya.
Baca Juga: Cara Mengetahui Orang Terkena Santet dan Sihir, Ustadz Muhammad Faizar: Lihat Antara 2 Jempol Kaki
Penyebab pertama dari nyeri leher menurut dr. Saddam Ismail yakni sering salah posisi tidur, karena jika itu terjadi bisa menyebabkan leher menjadi kaku.
"Sehingga saat tidur, posisi harus diatur senyaman mungkin terutama pada bantal," Ungkap dr.Saddam Ismail seperti yang dikutip MapayBandung.com dari video di kanal YouTube Saddam Ismail Jumat, 15 April 2022.
Agar nyeri leher tidak timbul, disarankan bantal tidak pada posisi terlalu tinggi, dan posisi tidur bergantian seperti miring kanan atau kiri.
Berikutnya penyebab kedua dari nyeri leher adalah akibat dari cedera, hal ini bisa terjadi ketika olahraga atau pernah mengalami kecelakaan.
Maka dari itu, saat berolahraga harus lebih berhati-hati jangan menggerakan bagian leher terlalu kuat.
Namun bukan hanya dari cedera dan salah posisi tidur saja, ternyata nyeri pada leher pun biasa dialami ketika sedang bekerja.
Baca Juga: 6 Tempat yang Paling Disukai Makhluk Halus di Dalam Rumah, Nomor 4 Gak Nyangka
Salah satu contohnya yaitu saat sedang bermain handphone, dengan posisi leher yang selalu menunduk ke bawah.
Posisi tersebut sebenarnya dapat memberatkan kerja otot leher yang bertugas untuk menstabilkan posisi kepala.
Kemudian saat selonjoran pun leher harus di perhatikan, karena secara tidak sengaja leher terlalu lama ditekuk sehingga bisa menyebabkan nyeri pada leher.
Memang efeknya tidak langsung terjadi di hari itu juga, namun dampaknya justru bisa berkepanjangan.
Sehingga, apabila sakit leher itu berlanjut dr. Saddam Ismail menyerankan untuk melakukan fisioterapi.
"Selain fisioterapi, pada akhirnya jika nyeri tersebut berlanjut tetap harus dibawah pengawasan dokter dan obat-obatan," pungkas dr.Saddam Ismail.***