Di jalan perbatasan Cirebon-Kuningan, motornya mati. Kondisi malam yang gelap dan sepi membuat bulu kuduk Hendrik berdiri.
Ia teringat jika malam tersebut bertepatan dengan malam Jumat Kliwon. Hendrik coba membetulkan motornya dan kembali meneruskan perjalanan.
Singkat cerita dia merasa lapar dan berhenti disuatu tempat makan. Ketika sedang makan, Hendrik iseng mengecek motornya.
Setelah kembali, ia dikagetkan oleh seorang bapak-bapak dengan memakai peci dan sarung, sedang duduk ngopi sambil menghisap rokok.
Padahal sebelumnya, Hendrik sendirian di warung tersebut tidak ada pelanggan lain.
Tidak lama bapak tersebut menepuk pundak Hendrik, sambil mengatakan sesuatu.
“Kamu cepat pergi, jangan disini,” kata bapak tersebut.
Seketika ia tersadar, lalu melihat sekelilingnya. Betapa kagetnya Hendrik, warung yang dilihatnya tadi seketika berubah.
Tempat makan tersebut menjadi sebongkah batu, dan piring yang menjadi alas makan adalah selembar daun pisang dengan menu belatung serta tetelan daging busuk.