Ngeri! Ini 3 Alasan Narapidana Tidak Bisa Kabur dari Penjara Nusakambangan, Tempat Terisolir di Lepas Samudra

13 Maret 2022, 18:00 WIB
PETUGAS melakukan penjagaaan ketat di Lapas Narkotika Nusakambangan.*/EVIYANTI/PR /EVIYANTI/PR/

 

MAPAY BANDUNG – Apa yang ada di benak Anda saat mendengar Nusakambangan? Horor, narapidana kelas kakap, dan Java Alcatraz.

Tak hanya mitosnya, narapidana yang telah mendapat vonis bersalah dan ditempatkan di Lapas Nusakambangan, akan sulit untuk melarikan diri.

Di balik mitos dan kisah kelamnya, Nusakambangan memiliki sejarah yang tak bisa dipisahkan bagi Indonesia.

Menurut Om Hao, pada mulanya penjara yang terletak di Pulau Nusakambangan ini memiliki sembilan Lapas.

Seiring berjalannya waktu, Lapas yang aktif dan digunakan hanya tujuh dengan berbagai tindak kejahatan berat seperti terorisme, narkoba, dan tahanan lainnya.

Lokasi Nusakambangan terbilang terisolir dan tidak dapat diakses sembarang orang, wisatawan hanya dapat melihat penjara ini dari Teluk Cilacap, Jawa Tengah.

Baca Juga: Sedang Berlangsung, Ini Link Live Streaming Persib vs Madura United di Liga 1 Malam Ini

Dilansir MapayBandung.com dari kanal YouTube Kisah Tanah Jawa pada Minggu 13 Maret 2022, Pulau Nusakambangan masuk dalam riset pemerintah kolonial Belanda untuk memenjarakan beberapa kasus kejahatan dengan risiko tinggi.

Pada masa kolonial, Nusakambangan digunakan sebagai tempat untuk mengasingkan tahanan yang membangkang pada pemerintah Hindia Belanda.

“Awalnya pemerintah Hindia Belanda membuat tiga kandidat yaitu Pulau Nusakambangan, Nusabarung, dan Pulau Krakatau,” kata indigo Om Hao.

“Lalu diputuskan di sini, karena memang dekat dengan darat dan dekat dengan Cilacap,” sambungnya.

Baca Juga: 8 Kali Lipat Bikin Sakit dan Ginjal Bermasalah, dr. Zaidul Akbar Sarankan Hindari Bahan Makanan Ini

Pulau Nusakambangan pertama kali digunakan sebagai penjara pada tahun 1908 di masa kolonial Belanda.

Satu di antara penjara tertua di Nusakambangan adalah penjara Permisan.

Permisan berasal dari kata Vermaisen dalam Bahasa Belanda yang berarti hilang, karena banyak yang percaya jika telah masuk pulau Nusakambangan maka hanya tersisa nama saja.

Nusakambangan sebagai lokasi terisolasi untuk memenjarakan para ‘pesakitan’ terus berlanjut pada era Sukarno, Soeharto, bahkan hingga saat ini.

Sebut saja Johny Indo, Kusni Kasdut, Nanggo alias Bang Timong, Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas, pernah merasakan kehidupan sebagai penghuni Nusakambangan.

Baca Juga: Bawa Tanah dan Air dari Jabar untuk Pembangunan IKN, Ridwan Kamil: Dipilih Menurut Kearifan Lokal

Ada tiga pertimbangan pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk memilih Pulau Nusakambangan sebagai penjara.

“Pertama karena menghadap ke Samudra Hindia, sehingga kalau ada napi yang kabur maka peluangnya akan sangat kecil,” ucap Om Hao.

“Yang kedua ini boleh dibilang terlalu terisolir, jauh dari masyarakat,” sambungnya.

Selain dari lokasi yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia dan cukup terisolir, Om Hao mengungkap alasan terakhir narapidana tidak dapat kabur dari Nusakambangan.

“Dan yang terakhir bahwasanya kalau ada napi yang kabur, maka koordinasi dengan masyarakat yang ada di Cilacap jauh lebih mudah,” tandasnya.***

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler