Banjir yang sering terjadi di kedua daerah tersebut, bahkan hampir rutin setiap tahunnya. Beberapa faktor penyebab banjir dipicu oleh meluapnya beberapa sungai yang bermuara di bagian utara Semarang hingga Demak.
Selain itu tingginya muka air laut atau rob yang terjadi di Semarang Utara dan daerah Sayung juga turut memperparah situasi. Hal ini menyebabkan banjir menjadi lebih sering terjadi dengan durasi yang lebih lama.
Fenomena banjir ini tidak hanya dipicu oleh hujan lebat dalam waktu singkat, tetapi juga oleh kombinasi dari beberapa faktor kompleks lainnya.
Salah satunya penurunan tanah di daerah di pesisir Laut Jawa bagian utara. Bersamaan dengan pasang surut air laut, meningkatkan risiko banjir, terutama di wilayah pesisir dan daerah rendah lainnya.
Meski hubungan langsung antara Teori Selat Muria dan banjir yang terjadi di Semarang tidak terlihat secara langsung, pemahaman tentang sejarah geologis dapat memberikan pandangan yang berharga tentang kerentanan alami wilayah tersebut terhadap banjir.
Teori ini menjadi dasar untuk mempertimbangkan perbaikan yang diperlukan agar banjir tidak menjadi peristiwa yang sering terjadi di musim hujan maupun rob.
Dengan begitu, pengetahuan tentang sejarah masa lalu dan keadaan saat ini dapat menjadi landasan bagi pengambilan kebijakan yang tepat dalam menghadapi masalah banjir yang kerapkali terulang setiap tahun.***