“Pada saat itu, diskusi terjadi sangat alot dan tidak menemukan solusi. Akhirnya PIC kami dipanggil satu-satu per store. PIC kami kembali dipertanyakan barang minus tersebut. Disodorkan data-data dan total biaya ganti rugi barang minus tersebut. Pada saat itu, PIC kami harus membayar ganti rugi sekitar ratusan juta dan tidak boleh dicicil atau dipotong dari gaji,” katanya.
Hingga suatu ketika, akhirnya management memberikan solusi agar PIC store untuk mengundurkan diri dan membuat pernyataan, bahwa mengundurkan diri itu tanpa paksaan dan dalam keadaan sadar.
“PIC kami tidak terima dan tidak mau membuat pernyataan mengundurkan diri. PIC kami meminta Management membuktikan Tim Operational Store yang mengambil barang-barang tersebut,” ucapnya.
“Dikasih 2 opsi, ganti rugi langsung tanpa bisa dicicil atau mengundurkan diri. Akhirnya semua pun membuat pernyataan mengundurkan diri dikarenakan tekanan dan rasa lelah yang kami rasakan hari itu. Bayangin sampe jam 2 dini hari loh,” sambung dia.
Setelah semua selesai membuat pernyataan dan menandatangani,Tim Operational Store mendapatkan informasi baru, bahwasannya mereka tidak akan mendapatkan gaji.
“Baru di info, kami tidak akan mendapatkan gaji bulan ini. Gaji tersebut akan dipakai untuk ganti rugi hasil minus tersebut. Kena jebakan bertubi-tubi. Udah dipaksa resign, ga gajian juga dengan alasan untuk ganti rugi,” cuit Larasati.***