Baca Juga: Minta Pemerintah Jangan 'PHP', DPR RI: Kasih Tahu Aja Pak Menteri, Bahwa Haji Tahun ini Batal
Menurut dia, semua kesenian daerah sudah mengacu pada nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, acara Kolokium Nasional yang diselenggarakan PSP UNPAR dapat membuka mata agar masyarakat sadar antara wacana dan praktik.
Banyaknya kampus di Jabar, lanjut Abah, terutama bagi kalangan akademisi, agar tidak hanya memperingati Hari Lahir Pancasila tetapi juga membuka mata masyarakat, kemudian mengajak melaksanakan nilai-nilai Pancasila bersama.
Kendati demikian, Abah Enjum sadar betul tantangan era kini karena gempuran teknologi. Setidaknya ada dua tantangan yang kerap dihadapi seni tradisional, mulai dari pengaruh gadget hingga pemahaman masyarakat.
Anak-anak lebih memilih gadget ketimbang belajar mengenal seni tradisi. Kedua, pamahaman orang tua anak khususnya, yang masih menganggap belajar seni Reak itu tidak bermanfaat dan ketinggalan zaman.
"Tantangan-tantangan yang luar biasa beratnya yang memang membutuhkan kesabaran dan tetap berpatokan pada keyakinan bahwa seni tradisi Reak ini memiliki nilai-nilai adiluhung," ujarnya.
Dia pun mengajak dalam rangka peringatan Hari Pancasila ini menjadi monentum bagi masyarakat untuk mempraktikkan nilai-nila Pancasila sesuai konteks masing-masing.
Baca Juga: Hari Pertama Lockdown, Kuala Lumpur Malaysia Sepi dari Aitivitas Penduduk
Dalam hal sebagai seorang seniman tradisi, Abah Enjum berharap Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan betul-betul dilaksanakan secara komprehensif.
Serta Kebudayaan itu dipisah, tidak digabung dalam satu wadah dalam Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), tetapi berdiri sebagai Kementerian/Lembaga sendiri.