"Kebudayaan itu hal yang sangat mendasar sehingga perlu konsentrasi dan upaya yang lebih khusus," ucapnya.
Gap Pancasila
Pemateri lainnya, Topik Mulyana, S.S., M.Hum melihat ada gap antara Pancasila sebagai teks dan praktik.
Dalam hal kesenian, seni mengalami sekularisasi dan modernisasi sehingga nilai-nilai yang menjadi akar dari Pancasila itu terabaikan. Padahal jika kesenian dilaksanakan sungguh-sungguh, seni tradisional misalnya, nilai Pancasila sudah otomatis terinternalisasi di dalamnya.
“Ada gap antara Pancasila sebagai teks dan Pancasila sebagai praktik. Saya memaknai teks di sini dalam wacana akademik, Pancasila sebagai pelajaran, mata kuliah, dan teks-teks yang sifatnya formalistik. Masyarakat mungkin berjaraknya di situ. Padahal bisa jadi mereka itu pelaksananya," ujar Taufik.
Baca Juga: Pemuda Loncat dari Lantai 12 Gedung Perbelanjaan di Bandung, Diduga Bunuh Diri
Sementara itu, Rektor UNPAR Mangadar Situmorang, Ph.D mengatakan tak sedikit tantangan yang dihadapi jika berbicara tentang Pancasila.
Mulai dari ancaman ingin menggantikan, mengubah, bahkan memanipulasi nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Rektor pun menegaskan bahwa rakyatlah yang memiliki, menumbuhkan, merawat, sekaligus mempraktikkan nilai-nilai Pancasila tersebut.
“PSP UNPAR telah mengambil bagian dalam upaya menjaga, melestarikan, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila itu. Perdebatan di tingkat elite barangkali tidak akan bisa menghapuskan nilai-nilai yang sudah berakar dalam masyarakat dan di tengah kebudayaan bangsa Indonesia,” tutur Rektor.***