Network
MAPAY BANDUNG - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menyebut ada tiga faktor penyebab perempuan terlibat dalam aksi terorisme.
Asisten Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Dalam Rumah Tangga dan Rentan Kemen PPPA, Valentina Gintings mengatakan, ketiga faktor itu adalah budaya patriarki, ekonomi, dan akses informasi.
"Budaya patriarki membuat perempuan harus nurut pada suami dan ikut apa yang dikatakan suami," ujar Valentina dalam Media Talk tentang 'Perlindungan Perempuan dari Paham Terorisme dan Ekstremisme', Rabu 6 April 2021.
Baca Juga: Densus 88 Deteksi Terduga Teroris di Cangkuang Bandung, Dua Orang Diamankan
Lalu soal faktor ekonomi, karena erat ketergantungan perempuan terhadap suami dari sisi ekonimi. Sebab tidak punya pegangan dari segi ekonomi menjadikan apa pun yang dikatakan suami mereka terpaksa akan ikut.
"Ketiga, perempuan yang berada dalam ruang lingkup yang kecil juga terkadang tidak mendapat informasi yang luas terkait radikalisme sehingga mereka gampang dipengaruhi. Ini hanya sebagian faktor-faktornya," imbuhnya.
Di samping itu, faktor sosial, perbedaan pola pikir, dan adanya doktrin dari keluarga atau lingkungan sekitar, serta karakteristik perempuan yang memiliki perasaan lebih sensitif dan emosi yang labil juga jadi faktor penyebab lainnya.
Baca Juga: Terjadi Baku Tembak di Mabes Polri, Satu Terduga Teroris Terkapar
Isu perempuan masuk ke dalam lingkaran terorisme atau ekstrimisme bukan hal baru. Pasalnya para teroris sudah memahami titik-titik lemah dari perempuan dan untuk memengaruhinya.
"Perempuan dan anak dapat berada dalam 3 posisi pada pusaran terorisme, pertama sebagai kelompok rentan terpapar, kedua sebagai korban, dan ketiga sebagai pelaku," jelasnya.
