Bukan Hanya Bencana, Ini Hikmah Pandemi Covid-19 Menurut Islam

- 30 Juli 2021, 05:30 WIB
Umat Muslim yang melakukan umroh di Masjidil Haram di kota suci Mekah, Arab Saudi.
Umat Muslim yang melakukan umroh di Masjidil Haram di kota suci Mekah, Arab Saudi. /Reuters

Baca Juga: Sinopsis Rurouni Kenshin: The Beginning yang Mulai Tayang Hari Ini di Netflix

1. Cobaan Menjadi Pelebur Dosa

Salah satu tujuan Allah menurunkan cobaan adalah menjadi pelebur dosa bagi hamba-hamba-Nya. Semakin besar cobaan, semakin banyak pula dosa yang dilebur. Rasulullah SAW bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُهَا، إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ. (متفق عليه)

Artinya: “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan dengan semuanya itu Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya.” (Muttafaq ‘Alaih) Namun penting dicatat, menurut Syekh ‘Izzudin bin Abdissalam (wafat 1262 M), tidak semua cobaan kemudian secara otomatis menghapus dosa. Hanya cobaan yang dihadapi dengan rasa ridha dan ikhlas kepada Allah yang dapat melebur dosa. (Asy-Syatibi, al-Muwâfaqât, juz II, halalaman 221). Sementara menurut al-Hafizh Ibnu Hajar (wafat 1449 M), cobaan sendiri sebenarnya mampu menghapus dosa sesuai besar musibah yang dialami. Jika dibarengi rasa ridha, maka akan menjadi nilai plus sebagai pahala. Seumpama orang itu tidak memiliki dosa, maka cobaan itu akan menjadi pahala baginya, sesuai besar cobaan yang diterima. (Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fathul Bâri, juz XIII, halaman 9).

2. Cobaan Mengangkat Derajat Manusia

Saat Allah menurunkan suatu cobaan, adakalanya Allah ingin mengangkat derajat seorang hamba di sisi-Nya. Rasulullah SAW bersabda:

أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الْأَنِبْيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلٰى حَسَبِ (وَفِي رِوَايَةٍ قَدْرِ) دِيْنِهِ. فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلَبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَةٌ اُبْتُلِيَ عَلٰى حَسَبِ دِيْنِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتىٰ يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةُ . (رواه الترمذي، وقال: هذا حديث حسن صحيح)


Artinya: “Manusia yang paling dashyat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang mulia selevel di bawah mereka, lalu orang-orang mulia selevel di bawah mereka. Orang diuji menurut ukuran (dalam suatu riwayat ‘kadar’) agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun dashyat; dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut ukuran agamanya. Maka cobaan tak henti-hentinya menimpa seseorang sampai ia membiarkannya berjalan di muka bumi tanpa punya kesalahan lagi.” (HR. At-Tirmidzi dan ia berkata: “Ini hadits hasan shahih.”)

Hadits ini menjelaskan, semakin tinggi derajat hamba di sisi Allah, semakin berat pula cobaan yang dipikulnya. Karena itu, seorang nabi sebagai hamba paling tinggi derajatnya di sisi Allah mendapat cobaan yang paling besar.

Halaman:

Editor: Rian Firmansyah

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x