Pemain PSM Makassar Jadi Korban Rasisme, Ini Pandangan Islam Mengenai Pelecehan Rasial

- 23 Maret 2021, 12:52 WIB
ILUSTRASI rasisme
ILUSTRASI rasisme /PIXABAY/Javier Robles

MAPAY BANDUNG - Publik sepak bola Indonesia dihebohkan dengan tindakan pelecehan rasial atau rasisme yang dialamatkan oknum suporter terhadap pemain PSM Makassar, Patrich Wanggai di media sosial.

Dalam konteks Hak Asasi Manusia (HAM), rasisme jelas merupakan pelanggaran karena merendahkan harkat dan martabat manusia.

Sementara dalam sepak bola sendiri, rasisme juga ditentang karena mencederai makna sportivitas yang selama ini dijunjung tinggi.

Baca Juga: Sinopsis dan Link Streaming Ikatan Cinta Malam ini 23 Maret 2021: Aldebaran dan Andin Pamit Tinggalkan Reyna?

Dari sisi agama Islam, pesan untuk menjauhi rasisme telah hadir sejak ribuan tahun lalu, dari kisah Nabi Adam as dan Iblis.

Dikisahkan, Iblis enggan bersujud kepada Nabi Adam karena merasa memiliki derajat lebih tinggi.

Dari kisah tersebut, kita dapat melihat betapa rasisme sudah tumbuh sejak dulu dengan adanya sikap merasa dirinya lebih baik dari yang lain.

Berbicara tentang Iblis, tidak ada yang meragukan kehebatan mereka. Iblis dikenal sebagai makhluk yang memiliki banyak ilmu. Kehebatannya ini tidak ada yang menandinginya.

Sayangnya, Iblis menjelma menjadi makhluk yang sombong alias takabbur, merasa diri paling hebat sejagat.

Setidaknya, ada tiga hal yang membuat Iblis merasa paling hebat, sebagaimana dikutip MapayBandung.com dari laman NU Online.

Baca Juga: Single Debut 'On the Ground' Rose BLACKPINK Tempati Posisi 70 Chart Billboard

Pertama, Iblis merupakan penghuni surga. Diriwayatkan dari Anas, Abu Shalih dari Ibnu Abbas dan Murrah al-Hamadani dari Ibnu Mas’ud mengatakan, bahwa Iblis merupakan bagian dari kabilah Malaikat. Dia disebut Jin karena menjadi penjaga surga (khuzzan al-jannah).

Hal itu yang membuatnya menjadi makhluk yang takabbur. (Lihat Syekh Izzuddin ibn al-Atsir. Al-Kamil fit Tarikh. Juz 1. Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah. 2003. h. 24).

وَ كَانَ مِنْ قَبِيْلٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ يُقَالُ لَهُمْ الْجِنُّ وَ اِنَّمَا سُمُّوْا الْجِنَّ لِأّنَّهُمْ مِنْ خُزَّانِ الْجَنَّةِ وَكَانَ ﺇِبْلِيْسُ مَعَ مُلْكِهِ خَازِنًا فَوَقَعَ فِيْ نَفْسِهِ كِبْرٌ

Hal lain yang membuatnya sombong adalah keilmuannya yang tidak ada padanannya.

Sayyidina Abdullah bin Abbas menyampaikan bahwa makhluk bernama ‘Azazil itu merupakan malaikat yang paling kuat dalam hal ijtihadnya dan paling banyak ilmunya.

Namun, justru kehebatannya tersebut membawanya terlena menjadi sombong. (Lihat Syekh Izzuddin ibn al-Atsir, Al-Kamil fit Tarikh, Juz 1, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 2003, h. 24).

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: وَكَانَ اسْمُهُ "عَزَازِيْلُ" وَ كَانَ مِنْ أَشَدِّ الْمَلَائِكَةِ اجْتِهَادًا وَ أَكْثَرُهُمْ عِلْمًا فَدَعَاهُ ذٰلِكَ اِلَى الْكِبْرِ


Iblis juga takabbur karena fisiknya yang terbuat dari api. Dengan begitu, ia merasa lebih mulia dari Nabi Adam karena terbuat dari tanah.

Baca Juga: Patrich Wanggai Jadi Korban Rasisme, PSM Makassar Berkirim Surat ke PSSI

Menurutnya, api lebih baik dari tanah sehingga enggan melaksanakan perintah Allah SWT untuk bersujud kepada bapak manusia itu.

Kesombongan Iblis tersebut juga terekam dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 12.

Dalam ayat itu, tejadi dialog antara Allah swt. Dengan makhluk laknatullah itu. Allah menanyakan perihal keengganan Iblis sujud kepada Nabi Adam.

“Apa yang menghalangimu untuk bersujud kepada Nabi Adam a.s., sekalipun Akulah yang memerintahkanmu?” “Aku lebih baik darinya. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan Engkau menciptakannya (Nabi Adam a.s.) dari tanah,” jawab Iblis.

Dalam logika Iblis, api lebih baik dari tanah.

Baca Juga: Terungkap! Selain Bernilai Ibadah, Puasa Juga Bisa Cegah Penuaan Dini

KH Muhammad Abbas Billy Yachsyi, Pengasuh Pondok Buntet Pesantren Cirebon, dalam suatu ceramahnya di Jakarta Islamic Center pada Peringatan Malam Nuzulul Qur’an 29 Juli 2013, menyampaikan bahwa argumentasi Iblis menolak perintah karena tidak sesuai dengan nalar dan logika yang diyakininya benar.

Kyai yang menamatkan studi pendidikan tingginya di India itu menambahkan bahwa Iblis mengaku lebih senior dari Nabi Adam a.s.

Hal ini selaras dengan apa yang ditulis Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Al-Tabari dalam Tafsir al-Thabari Jami’ul Bayan ‘an Ta’wili Ayil Qur’an, mengutip pernyataan Sayidina Abdullah bin Abbas, menyampaikan bahwa Iblis mengaku lebih baik, lebih senior, juga lebih kuat secara fisiknya.

“Iblis berkata: saya tidak sujud kepadanya (Nabi Adam a.s.), saya lebih baik darinya, lebih senior usianya, lebih kuat fisiknya. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan Engkau menciptakannya dari tanah. Sungguh, api lebih kuat dari tanah.” (Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Al-Tabari dalam Tafsir al-Thabari Jami’ul Bayan ‘an Ta’wili Ayil Qur’an. Juz 10. H. 87)

Dari sini kita belajar, bahwa perasaan merasa diri lebih baik atau lebih tinggi dari orang lain harus dijauhi oleh kita sebagai seorang manusia, terlebih umat Nabi Muhammad SAW. Suku, etnis, ataupun ras manapun semuanya sama.

Tidak ada yang lebih baik dan lebih mulia. Jika masih menyimpan perasaan demikian, tentu berarti dia menjadi pengikut Iblis.

Wal ‘iyadzu billah, semoga kita dihindarkan dari sifat demikian.***

Editor: Rian Firmansyah

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah