Menuju Indonesia 2045, Gubernur Jabar hingga Rektor UNPAR Dorong Wawasan Kebangsaan Ditingkatkan

- 2 Juni 2021, 17:05 WIB
Tangkapan layar Seminar Kebangsaan Ikatan Alumni Universitas Katolik Parahyangan (IKA UNPAR) bertema “Dengan Semangat Kebangsaan, Menjaga Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia di Tengah Arus Globalisasi”, yang dilaksanakan secara daring, Rabu (2/6/2021).
Tangkapan layar Seminar Kebangsaan Ikatan Alumni Universitas Katolik Parahyangan (IKA UNPAR) bertema “Dengan Semangat Kebangsaan, Menjaga Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia di Tengah Arus Globalisasi”, yang dilaksanakan secara daring, Rabu (2/6/2021). /UNPAR

MAPAY BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan pentingnya memilah informasi sejalan dengan perkembangan teknologi di era revolusi 4.0 kini, sebab tak dimungkiri digitalisasi dengan cepat menggerus semangat kebangsaan. Hal senada pun disampaikan Wali Kota Bogor Bima Arya yang menyoroti berbagai politisasi berbagai macam dimensi kehidupan hingga menimbulkan isu perpecahan dan konflik horizontal-vertikal yang memecah belah Indonesia.

Hal tersebut disampaikan keduanya saat menjadi pembicara dalam Seminar Kebangsaan Ikatan Alumni Universitas Katolik Parahyangan (IKA UNPAR) bertema “Dengan Semangat Kebangsaan, Menjaga Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia di Tengah Arus Globalisasi”, yang dilaksanakan secara daring, Rabu 2 Juni 2021

Turut hadir dalam seminar tersebut Rektor UNPAR Mangadar Situmorang, Ketua IKA UNPAR Ivan Petrus Sadik, Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira, Ketua IKA FISIP UNPAR Bonggas Adhi Chandra, MA, dan Jurnalis Narasi Sharon Margriet Sumolang. Seminar tersebut dipandu Stela Nau selaku Founder of NTT Muda.

Kang Emil-begitu kerap dirinya disapa-menuturkan bahwa wawasan kebangsaan sangat penting, karena tekanan terhadap Keindonesiaan selalu ada. Oleh karena itu, memperkuat dan mempererat sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia mutlak dilakukan. Tetap berpegang teguh pada Pancasila dan merespons disrupsi digital dengan kehati-hatian jadi jawaban.

Dia menyebut, Indonesia bisa menjadi negara adidaya pada tahun 2045, dengan syarat generasi muda kini tak terdisrupsi hal yang dapat memecah belah bangsa. Indonesia 2045, lanjut dia, akan terwujud melalui tiga hal yaitu sosial-politik yang kondusif, ekonomi yang terjaga di atas 5 persen, dan generasi muda yang kompetitif dan adaptif.

Baca Juga: Liga 1 Dipastikan Bergulir 10 Juli 2021, Bhayangkara Langsung Persiapkan Laga Uji Coba

“Dunia digital 4.0 ini memberikan banyak peluang mengakses informasi dengan cepat. Tapi jangan lupa dunia digital juga ada sisi gelap, yaitu banyak beredarnya berita bohong dan akan menggerus semangat kebangsaan, ideologi Pancasila bagi mereka-mereka yang pondasinya tidak kuat,” tuturnya.

Sementara Wali Kota Bogor Bima Arya menilai bahwa Indonesia kini dihadapkan pada satu persoalan yang lebih berat ketimbang masa sebelumnya. Menurut dia, bangsa ini seringkali dihadapkan pada isu perpecahan, politisasi, hingga konflik horizontal-vertikal. Menurut dia, harus diakui di Orde Baru nation building berjalan sistematis, karena politisi saat itu berpikir jauh ke depan melakukan upaya agar identitas bangsa yang kokoh dari masa ke masa.

"Kita prihatin dan sedih ketika Pilpres, Pilgub, bangsa ini seolah-olah dikotak-kotakkan. Bayangkan, bagaimana perasaan dari para founding father kita yang membangun bangsa ini dengan darah dan air mata mencoba menyatukan bangsa ini dengan segala daya upaya. Tetapi kemudian disederhanakan menjadi cebong-kampret, menjadi kita atau mereka. Sangat menyedihkan, bagi saya ini adalah hal yang sangat serius," ujar Bima.

Halaman:

Editor: Haidar Rais


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x