PURWAKARTA, MAPAY BANDUNG - Hingga kini harga beras premium di beberapa kota di Indonesia masih terbilang mahal.
Tingginya harga beras disikapi Dedi Mulyadi dengan mengajarkan anaknya untuk selalu menghargai makanan dan tidak membuang-buang beras yang sudah menjadi nasi.
Menurut Dedi Mulyadi, mengajarkan anak kecintaan kepada beras dan menghargai makanan adalah langkah yang tepat untuk memberikan edukasi sekaligus menjawab pertanyaan harga beras yang mahal saat ini.
Baca Juga: Gus Miftah Yakin Dedi Mulyadi Mampu jadi Gubernur Jawa Barat 2024, Alasannya Dibongkar Habis!
Dedi Mulyadi mengajarkan kepada anaknya bagaimana cara yang tepat untuk menghargai beras dan makanan. Bersama putri kecilnya, Dedi bertolak ke kampung halamannya di Lembur Pakuan, Dawuan, Kabupaten Subang.
Ia memberikan tips parenting yang dapat dilakukan setiap orang tua saat ditanya mengapa harga beras saat ini cenderung mahal.
Langkah pertama yang dilakukan Dedi Mulyadi yaitu dengan mengajarkan anak agar tidak menghambur-hamburkan makanan. Caranya dengan menceritakan asal-usul nasi dan proses penanaman yang cukup lama.
“Untuk menjadi nasi yang dimakan itu, harus nanam padi,” ucapnya.
Dalam satu tangkai padi yang bagus terdapat 51 batang. Apabila terkena efek cuaca yang tidak bagus, maka jumlah batang padi akan berkurang dan membuat kualitas menurun.
“Ini kepanasan jadi tumbuhnya kurang bagus,” sambung Dedi.
Kelangkaan dan naiknya harga beras di pasar bukan karena penyaluran bansos atau ada permainan kartel yang diungkap di media sosial.
Menurut Dedi, naiknya harga beras saat ini disebabkan karena masa panen yang terganggu akibat masa tanam padi saat cuaca panas karena pengaruh El Nino.
Lebih lanjut Ia pun menyayangkan banyak pihak yang protes akibat
“Jadi kalau teriak-teriak harga beras kalau kitanya tidak pernah menanam beras maka tidak akan pernah selesai masalahnya,” ucap Dedi.
Tak hanya menjelaskan alasan harga beras yang mahal saat ini, Dedi Mulyadi memberikan arahan kepada siapa saja termasuk anak-anak untuk lebih menghargai dan mencintai profesi petani.
“Harus sayang sama para petani dan buruh tani yang mencangkul dari pagi hingga siang, mereka berlumuran lumpur setiap hari,” ujarnya.
Baca Juga: Alih-alih Maju di Pilwalkot Bandung, Sosok Ini Terpilih Lagi Jadi Anggota DPR RI Dapil Jabar 1
Itulah cara Dedi Mulyadi mengajarkan kepada anak tentang asal-usul padi dan menjelaskan jawaban atas penyebab harga beras yang saat ini terbilang cukup tinggi.
Diharapkan dengan memberikan nasihat tentang perjuangan petani dan harga beras yang mahal, maka setiap anak tidak akan membuang-buang makanannya.***