Pembangunan pertama meliputi Stasiun Bandung yang diresmikan pada tahun 1884. Pada pembangunan pertama dipimpin oleh arsitek sekaligus arkeolog, Jan Willwm Ijzerman. Desain Stasiun Bandung awal mirip dengan Stasiun Surabaya Gubeng, memiliki ciri khas bangunan stasiun milik SS era 1884-1909.
Stasiun dapat rampung pada 16 Mei 1884, esoknya perjalanan kereta Bogor-Bandung-Cicalengka diresmikan untuk umum.
Untuk mengimbangi jumlah penumpang dan barang yang semakin bertambah, setelah terhubung dengan Batavia. Stasiun Bandung direnovasi, areal stasiun mengalami perluasan dengan menambahkan bangunan bergaya art deco yang dipimpin oleh arsitek F. J. A. Cousin. Pada tahun 1928, SS kembali melaksanakan renovasi besar-besaran Stasiun Bandung. Pembangunan dirancang oleh E. H de Roo meliputi pembangunan ulang stasiun.
Fasad bangunan art deco yang lebih berkonsep modern dengan kaca jendela berwarna biru, seperti yang tersedia di Stasiun Naarden-Bussum tahun 1925. Pada renovasi tersebut, stasiun membuat penerangan listrik yang baru dari perusahaan Bergman.
Pada tahun 1939, SS menambahkan atap paying beton sebagai perpanjangan atap besi yang sudah ada. Sedangkan bangunan dan pintu utara Stasiun Bandung saat ini merupakan hasil renovasi pada tahun 1989-1900. Bangunan berkonsep rumah adat joglo.