GUNUNG HALU, MAPAY BANDUNG - Sebuah desa yang berjarak 1 jam dari Kota Bandung ini mampu memproduksi listrik secara mandiri.
Metode menghasilkan listrik di desa ini pun terbilang tidak biasa. Pasalnya tidak banyak desa di wilayah Bandung Raya yang masih menggunakan cara tradisional dengan menjaga kelestarian alam.
Tak heran, desa ini layak menjadi percontohan lantaran para warga bahu membahu memproduksi listrik secara mandiri namun tetap menjaga kelestarian alam dengan tidak mencemari udara dan menjaga debit air.
Baca Juga: Dibangun 7 Bulan, Flyover di Bandung Ini Tampilannya Menawan, Penuh Mural Warna-warni
Dikutip dari laman ANTARA yang diakses pada Minggu 28 Januari 2024, Desa Tangsi Jaya, yang terletak di Kecamatan Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, sempat menghadapi tantangan besar karena tidak memiliki akses listrik sejak tahun 2000 silam.
Saat itu warga bergantung pada lampu minyak untuk menerangi rumah mereka. Dengan jumlah penduduk yang terbatas dan kendala geografis, jaringan listrik konvensional tidak dapat mencapai dusun ini, terutama karena mayoritas penduduknya adalah petani.
Menghadapi situasi tersebut, warga Desa Tangsi Jaya mengambil inisiatif untuk mengatasi kebutuhan listrik mereka dengan membuat kincir air.
Kincir air ini dirancang untuk menghasilkan listrik dengan memanfaatkan arus Sungai Ciputri. Beberapa kincir air yang dibangun berhasil memberikan penerangan menggunakan listrik dengan tegangan sebesar 110 volt kepada rumah-rumah warga.
Hingga pada tahun 2007, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melihat potensi aliran Sungai Ciputri sebagai sumber energi terbarukan.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kemudian memberikan bantuan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Dusun Tangsi Jaya.
Baca Juga: Penataan PKL Saparua Disambut Baik, Pedagang: Bagus, Jadi Tidak Terlihat Kumuh
PLTMH adalah jenis pembangkit listrik yang menggunakan energi air dari sungai untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Semakin tinggi ketinggian jatuhan air maka semakin besar kapasitas listrik yang dapat dihasilkan.
Dengan memanfaatkan debit air sungai sebesar 400 liter per detik dan ketinggian air 8 meter, PLTMH di Dusun Tangsi Jaya berhasil menghasilkan energi listrik sebesar 18 kilowatt.
Saat ini, energi yang dihasilkan dari kincir angin berhasil memenuhi kebutuhan listrik untuk 80 rumah. Warga pun hanya perlu membayar iuran bulanan sebesar Rp25 ribu saja.
Baca Juga: Langkah Mudah Transfer Saldo DANA ke Rekening BCA, Pengguna Premium Harus Cara Langkah Ini
Tak hanya itu, fasilitas umum seperti sekolah, masjid, dan rumah warga lansia di Desa Tangsi Jaya, Kecamatan Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, diterangi listrik tanpa biaya sama sekali.
Meski saat ini PLN telah membawa jaringan listrik ke dusun usai PLTMH dibangun, mayoritas warga tetap memilih menggunakan listrik dari PLTMH karena dinilai lebih ekonomis dan stabil. Hanya sebagian kecil warga yang menggunakan listrik PLN atau bahkan keduanya.
Dari segi biaya, listrik dari PLTMH jauh lebih ekonomis. Warga hanya membayar iuran bulanan sebesar Rp25 ribu, berbanding terbarlik dengan iuran listrik PLN yang mencapai Rp50 ribu per bulannya.
Keberadaan PLTMH juga memberikan dampak positif pada kelestarian alam di Desa Tangsi Jaya. Dengan menjaga hutan di sekitar dusun, warga membantu menjaga kestabilan aliran Sungai Ciputri, yang merupakan sumber energi bagi PLTMH.
Pengelolaan hutan yang terjaga menjadi strategi untuk menjaga operasional PLTMH yang membutuhkan aliran air yang stabil.
Keberlanjutan sumber air dari Sungai Ciputri telah terbukti, karena PLTMH tetap dapat menyuplai listrik bahkan selama musim kemarau.
Semoga inovasi yang dilakukan warga Desa Tangsi Jaya Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, dapat menjadi contoh untuk banyak desa lainnya di Bandung Raya.***