Suasana benar-benar berubah seketika, apalagi saat asap dari pembakaran sate mulai memenuhi sekitar tempat berjualan.
Lambat laun dari kejauhan terdengar langkah kaki, jelas langkah kaki itu bukan langkah kaki manusia.
“Tau-tau di depan saya ada seseorang yang duduk dengan tubuh hitam yang tinggi besar, duduk bersila dan lututnya itu hitam semua” tuturnya.
Waktu itu Parman hanya terdiam dan didengarnya embusan nafas yang sangat kencang dari ketinggian sekitar 4 meter.
Tak lama setelah sate matang, sate gagak diambil oleh tangan yang bentuknya besar dan hitam. Selanjutnya terlihat uang yang berada di dalam besek bertambah sejumlah sate yang diambil.
“Saya benar-benar enggak paham dan enggak berani menengok ke atas waktu itu,” ujarnya.
Kejadian itu terus menerus terulang hingga seluruh sate gagak yang dijualnya habis. Parman hanya melihat sate yang dibakarnya diambil tanpa ingin tahu siapa yang membeli satenya.
Setelah sate gagak terjual semua, kondisi di sana semakin mencekam. Ia mengetahui jika di sekitarnya masih banyak sosok-sosok yang menunggu.
Parman memang mendapat keuntungan berlipat dari hasil berjualan sate gagak pesugihan. Namun dampaknya, Ia merasakan para pelanggan sate gagak selalu berdatangan ke rumahnya dengan wujud yang menyeramkan setiap malam Jumat.