“Saya bersiap di malam Jumat, membawa bumbu seadanya, tungku, arang, dan tusuk sate, semua keperluan disiapkan dan saya berangkat tengah malam,” ujarnya.
“Awalnya ada rasa ketakutan mas, karena tidak ada bayangan sama sekali berjualan sate gagak pada makhluk halus,” sambungnya.
Baca Juga: Bocoran Preman Pensiun 6 Hari Ini, Senin 5 September: Bang Edi Ingin Kuasai Terminal
Setibanya di pinggiran hutan, Parman merasakan hawa yang tidak biasa. Menurutnya, lokasi yang jadi tempat berjualan sate gagak benar-benar angker.
Ketika burung gagak disembelih dan dipotong-potong seukuran daging sate, hawa di sekitar hutan terasa sangat menyeramkan.
“Waktu itu saya mencopot semua pakaian, ritual yang disampaikan si Mbah itu harus berjualan dalam kondisi tidak pakai busana,” ucap Parman.
Ayah dua anak ini menambahkan jika daging pada burung gagak tidak sebanyak unggas lain, dari 1 ekor burung gagak didapatnya sekitar 10 hingga 11 tusuk sate gagak saja.
Parman kemudian membaca mantra, menyalakan api, dan membakar sate gagak hingga aroma daging tercium harum.
“Saya juga simpan uang Rp100 ribu di dalam besek dan dibiarkan terbuka, jadi uang itu uang pancingan untuk pembayaran,” ujarnya.