Saat acara ini berlangsung, juga disertai dengan rilisnya lagu dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII yang diilhami dari suara anggungan Perkutut. Masyarakat mengenal lagu tersebut dengan sebutan Monggang.
Di era Sri Sultan Hamengkubuwono VIII (1921-1939) tradisi lomba Perkutut masih dilestarikan. Hanya saja pesertanya masih dari kalangan darah biru, seperti para saudagar, dokter, raja, dan kaum ningrat.***