9 Rangkaian Selamatan Ibu Hamil Sesuai Adat Jawa, Ayah Bunda Sudah Tahu Belum?

23 Juli 2022, 15:30 WIB
Ilustrasi. Inilah 9 rangkaian selamatan ibu hamil sesuai dengan adat masyarakat Jawa, dilakukan sebagai bentuk syukuran kepada sang pencipta. /Pixabay



MAPAY BANDUNG – Bagi masyarakat Jawa, selamatan ibu hamil menginjak bulan-bulan tertentu wajib dilaksanakan.

Hanya saja tak sedikit ayah bunda yang yang tidak mengetahui rangkaian selamatan ibu hamil ini karena dianggap kolot dan kuno.

Padahal makna selamatan ibu hamil yang sebenarnya adalah wujud permohonan kepada sang pencipta atas hadirnya seorang anak sebagai penyempurna hidup orangtua.

Tak hanya itu, selamatan ibu hamil sendiri bertujuan untuk mengucap rasa syukur kepada Sang Pencipta karena telah diberikan kepercayaan seorang anak.

Baca Juga: Inilah Cara Agar Daun Aglonema Mengkilap Serta Tumbuh Subur dan Menawan, Wajib Perhatikan 5 Hal Ini

Dikutip MapayBandung.com dari Kitab Primbon Serbaguna karangan R. Gunasasmita pada Sabtu 23 Juli 2022, inilah rangkaian selamatan ibu hamil mulai dari kehamilan bulan pertama hingga kesembilan.

1. Selamatan ibu hamil menginjak 1 bulan

Rangkaian selamatan ibu hamil menurut adat jawa menginjak 1 bulan yaitu membuat bubur sumsum dan membagikan kepada tetangga.

2. Selamatan ibu hamil menginjak 2 dan 3 bulan

Bagi ibu yang tengah menginjak usia kehamilan 2 hingga 3 bulan, selamatan dapat menyajikan berbagai macam makanan seperti nasi tumpeng, urap dengan sayuran berwarna (jumlahnya harus ganjil), bubur merah dan putih, baro-baro, jajanan pasar, hingga kembang boreh.

3. Selamatan ibu hamil menginjak 4 bulan

Saat menginjak usia kehamilan 4 bulan, ibu hamil, suami, atau keluarga dapat mengadakan selamatan dengan menyajikan nasi kuning sambal goreng yang dipadukan dengan mata kerbau.

Selain itu, daging dan jeroan kerbau dapat dipadukan dalam hidangan tersebut lalu disantap bersama tetangga sekitar.

Tak lupa menyajikan makanan lain seperti 4 jenis ketupat (sinta, jago, sidalungguh, dan luwar), serta kue apem yang terbuat dari tepung beras dan gula merah.

Baca Juga: 20 Nama Bayi Perempuan yang Terinspirasi dari Nama Tokoh Islam, Miliki Arti Bagus dan Jarang Dipakai

4. Selamatan ibu hamil menginjak 5 bulan

Makanan yang dapat disajikan untuk selamatan ibu hamil menginjak 5 bulan yaitu urap, ketan pancawarna, dan enten-enten.

Penyajiannya menggunakan takir atau janur kuning yang ditusuk dengan logam terbuat dari emas, tembaga, atau besi. Beberapa menggunakan tusuk gigi, itupun tidak masalah.

Makanan lain yang dapat menjadi tambahan saat selamatan ibu hamil usia 5 bulan yaitu nasi kuning, mata kerbau, jeroan kerbau, dan rujak cerobo.

5. Selamatan ibu hamil menginjak 6 bulan

Sedangkan makanan yang dapat disajikan saat selamatan ibu hamil usia 6 bulan yaitu apem kocor yang disiram gula merah dan santan.

Makanan apem kocor sendiri terbuat dari tepung beras dan ragi, tanpa diberikan pemanis sama sekali.

Baca Juga: Tak Melulu Keramat, Ini Rentetan Peristiwa Besar Pada Bulan Suro, Ada Kisah Nabi Keluar dari Perut Ikan Paus

6. Selamatan ibu hamil menginjak 7 bulan

Menginjak usia 7 bulan, upacara selamatan yang dilakukan yaitu tingkeban.

Tingkeban sendiri terbilang spesial ketimbang acara selamatan lainnya karena diadakan pada hari Rabu atau Sabtu pada tanggal ganjil sebelum tanggal 15 sesuai kalender Jawa.

Makanan yang disajikan antara lain bubur merah putih, jajanan pasar, emping ketan, ampyang goreng, tumpeng robyong, pring sedapur, dan lainnya.

7. Selamatan ibu hamil menginjak 8 bulan

Menginjak usia 8 bulan, makanan selamatan yang disajikan yaitu kue klepon ditutup kue serabi.

8. Selamatan ibu hamil menginjak 9 bulan

Jika telah menginjak usia kehamilan 9 bulan, makanan yang disajikan untuk selamatan yaitu bubur procot yang terbuat dari tepung beras, gula merah, dan pisang.

9. Selamatan ibu hamil usia kehamilan lebih dari 9 bulan

Pada beberapa kasus, usia kehamilan dapat mencapai usia kehamilan 9 bulan atau lebih.

Selamatan dapat dilakukan dengan menyuguhkan dawet plecing yang terbuat dari pati ongok, gula, dan santan.

Tradisi yang dilakukan, dawet tersebut dibuat kemudian dijual kepada anak-anak. Nah, anak-anak yang membeli harus membayar dengan pecahan genteng kemudian disuruh untuk berlari.

Konon, dengan melakukan demikian maka sang anak akan cepat keluar dengan selamat.***

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler