Runtuh Diterjang Lahar Dingin Gunung Semeru, Ini Misteri Jembatan Gladak Perak yang Tinggal Kenangan

13 Desember 2021, 11:30 WIB
Kondisi terkini jembatan Gladak Perak penghubung 2 Kabupaten, rencananya akan dibangun kembali dengan anggaran berkisar Rp100 miliar. /Antara / Antaranews.com



MAPAY BANDUNG – Erupsi Gunung Semeru yang terjadi beberapa waktu lalu menyisakan berbagai kerusakan infrastruktur.

Salahsatunya jembatan Gladak Perak yang runtuh saat diterjang lahar dingin Gunung Semeru pada Sabtu 4 Desember 2021 silam.

Lokasi Jembatan Gladak Perak berada di sisi selatan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Terdapat 2 jembatan Gladak Perak yaitu jembatan baru dan lama.

Kedua jembatan ini dulunya bersebelahan dan menghubungkan Kabupaten Malang dan Lumajang.

Baca Juga: Kisah Haru Saksi Hidup Erupsi Semeru, 7 Orang Tewas Terkena Wedhus Gembel Hitam dari Puncak Mahameru

Dilansir MapayBandung.com dari kanal YouTube Sobat Asik pada Senin 13 Desember 2021, jembatan Gladak Perak longsor diterjang lahar dingin dari Gunung Semeru yang meletus dahsyat.

Jembatan legendaris ini merupakan ikon kota Lumajang, tepatnya berada di desa Sumberwuluh.

Jembatan Gladak Perak membentang di atas sungai Besuksak.

Selain dikenal warga Lumajang sebagai salahsatu fasilitas penting yang menghubungkan antar wilayah, jembatan Gladak Perak menyimpan misteri yang layak untuk diperbincangkan.

Jembatan Gladak Perak Lama dengan panjang 100 meter dan lebar 4 meter dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1925 hingga 1940.

Baca Juga: Bukan Olahraga, Ternyata Ini Tips Agar Tubuh Cepat Langsing Secara Cepat dan Alami Kata dr. Zaidul Akbar

Sulit dibayangkan untuk membangun jembatan ini pada masa lalu karena harus membelah bebatuan cadas yang letaknya berada di tepi jurang terjal.

Di masa itu, alat-alat yang digunakan pun masih cukup sederhana.

Diperkirakan, pembangunan jembatan Gladak Perak Lama menelan banyak korban jiwa dari para pekerja pribumi. Banyak dari mereka yang tewas dan terjatuh ke sungai Besuksak.

Konon di zaman pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1965, jembatan ini diduga digunakan untuk membuang pengkhianat dengan cara dilempar ke aliran sungai.

Kemudian di tahun 1980, saat masa-masa merebaknya petrus atau penembak misterius, Gladak Perak digadang-gadang sebagai lokasi pembuangan korban penembakan.

Baca Juga: Wilujeng Sumping David da Silva di Persib Bandung

Tak sedikit warga dan juga pengendara yang melintasi jembatan ini, mengaku melihat penampakan orang yang tiba-tiba muncul dan mendengar suara jeritan minta tolong.

Mitos ini diyakini masyarakat Lumajang sebagai penyebab banyaknya kecelakaan di Gladak Perak selain karena tikungan yang tajam.

Masyarakat Lumajang percaya jika melewati jembatan Gladak Perak harus permisi terlebih dahulu dan bersikap sopan agar selamat sampai tujuan.

Sayangnya, kedua jembatan ini sudah hancur dan kini tinggal kenangan.***

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler