Dosen Departemen Teknik Elektro dan TI Fakultas Teknik UGM tersebut menambahkan jika sistem perlindungan data tidak selamanya mampu menangkal serangan siber seperti yang dilakukan hacker Bjorka saat ini.
Menurutnya, sistem keamanan harus dilakukan pembaruan seiring pesatnya perkembangan teknologi dari hari ke hari.
"Sistem perlindungan data di sistem manapun tidak akan tahan peluru di lekang zaman,” ujarnya.
“Artinya aman kemarin bukan berarti aman hari ini," imbuhnya.
Selain mempercepat pengamanan data, Ridi menyarankan pada pemerintah untuk segera memberikan prioritas pada ekosistem yang mendukung perilaku dan budaya siber yang aman.
Menurutnya, teror berupa peretasan data seperti yang dilakukan hacker Bjorka mesti diwaspadai oleh pemerintah, semua institusi, hingga seluruh lapisan masyarakat.
"Kita jangan mengabaikan terhadap situasi keamanan data, kita juga harus mulai tidak menganggap remeh hal-hal kecil terkait keamanan,” ujarnya.
“Sebagai contoh menyebarkan tautan dokumen berupa data pribadi di media sosial, padahal hal tersebut mudah dieksploitasi pelaku-pelaku kejahatan siber," pungkasnya.***