10 Urutan Peristiwa Pertanda Hari Kiamat, Mulai dari Muncul Dukhan hingga Api yang Keluar dari Negeri Yaman

- 20 September 2022, 19:45 WIB
Ilustrasi dukhan sebagai salah satu tanda kiamat.
Ilustrasi dukhan sebagai salah satu tanda kiamat. /Pixabay

Artinya:

“Dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari berkata, Rasulullah SAW menghampiri kami saat kami tengah membicarakan sesuatu. Ia bertanya, ‘Apa yang kalian bicarakan?’ Kami menjawab, ‘Kami membicarakan kiamat.’ Ia bersabda, ‘Kiamat tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.’ Rasulullah menyebut kabut, Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam AS, Ya'juj dan Ma'juj, tiga gerhana; gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka.” (Lihat Abul Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim An-Naisaburi, Al-Jāmi’us Ṣaḥīḥ, [Beirut, Dārul Afaq Al-Jadidah: tanpa tahun], juz VIII, halaman 178).

Tanda-tanda kiamat dalam hadits ini disebut sebagai tanda-tanda kiamat kubra (hari akhir), dan ada 10 tanda kiamat yang disebutkan dalam hadits ini, di antaranya:

Baca Juga: Belasan Pelaku Tawuran Antar Pelajar di Jakarta Ditangkap Polisi, Satu Orang Pelajar Bawa Buaya

- Pertama, Munculnya kabut (dukhan)
- Kedua, Munculnya Dajjal
- Ketiga, Munculnya Dabbah
- Keempat, Terbitnya matahari dari barat

- Kelima, Keluarnya Yakjuj dan Makjuj
- Keenam, Munculnya Isa bin Maryam
- Ketujuh, Adanya tiga gerhana, di timur
- Kedelapan, gerhana di barat

- Kesembilan, gerhana di jazirah Arab
- Kesepuluh, adanya api yang muncul dari Yaman kemudian menggiring manusia menuju tempat berkumpul.

Al-Qurthubi menyebutkan bahwa ada hadits lain yang menyebutkan tanda-tanda tersebut secara berurutan.

Yakni hadits Muslim dari Hudzaifah dalam riwayat yang berbeda, yang menyebutkan bahwa tanda yang pertama kali muncul adalah tiga gerhana.

Oleh Al-Qurthubi, kejadian ini sudah pernah terjadi di masa Rasulullah SAW. Sedangkan tanda-tanda setelahnya masih banyak diperdebatkan urutannya. (Lihat Muhammad Syamsul Haq Abadi, ʽAunul Maʽbūd Syarh Abū Dawud, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1415 H], juz XI, halaman 290-291).

Halaman:

Editor: Haidar Rais


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah