BARU TAHU! Ini Asal-usul Terasi, Bumbu Masakan Khas Cirebon yang Jadi Favorit Putra Prabu Siliwangi

19 Maret 2023, 18:00 WIB
Resep Sambel Terasi yang nikmat dan menggoda selera /Instagram @resep_masakan_indonesia

MAPAY BANDUNG - Inilah sejarah singkat dan asal-usul terasi, bumbu masakan khas Cirebon yang ternyata jadi favorit putra Prabu Siliwangi.

Terasi adalah salah satu bumbu masakan yang saat ini populer di Indonesia.

Banyak makanan lezat, bergantung pada bumbu masakan yang pertama kali ditemukan di Cirebon, Jawa Barat ini.

Dikutip MapayBandung.com dari situs sejarah Cirebon, Minggu 19 Maret 2023, terdapat sebuah kisah menarik dibalik penemuan terasi.

Bahkan kabarnya, terasi ditemukan oleh salah seorang putra keturunan Prabu Siliwangi dari Padjajaran.

Baca Juga: Dijamin Untung! Resep Kolak Pisang Ubi Kuning Simpel, Bisa Jadi Ide Jualan Takjil Ramadhan 2023

Arti Terasi

 

Secara bahasa, terasi berasal dari kata asih yang diberi imbuhan ter. Kata asih bermakna cinta, suka dan kasih sayang.

Ketika diberi imbuhan ter, maka kata sayang bermakna tersayang, terkasih, dan tercinta.

Beberapa makanan yang diolah menggunakan terasi, mulai dari sambal, karedok, ayam taliwang, nasi goreng, hingga rujak.

Baca Juga: Inilah Asal-usul Nama Jalan Cipaganti di Bandung, Pantas Banyak Rumah Mewah Khas Belanda

Sejarah

 

Dahulu kala, seorang raja dari Kerajaan Galuh (Kerajaan Sunda Timur) sangat menyukai olahan bumbu udang rebon yang ditumbuk hingga halus.

Raja yang dimaksud adalah Pangeran Walangsungsang, atau Pangeran Cakrabuana, putra mahkota Prabu Siliwangi.

Saking sukanya dengan olahan bumbu udang rebon, Walangsungsang sampai meminta para pelayan untuk menggunakan terasi, dalam setiap masakan.

Pernah suatu hari, seorang pelayan lupa menambahkan terasi pada masakan yang akan dihidangkan pada Walangsungsang.

Sang Pangeran pun marah besar, hanya karena bumbu makanannya tidak ditambahi bumbu favorit.

Dalam sebuah Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, diceritakan Kerajaan Galuh marah besar terhadap Cirebon karena berhenti mengirim upeti garam dan terasi.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Arsenal vs Crystal Palace di Liga Inggris Malam Ini

Saat itu, garam dan terasi merupakan bagian penting dari bumbu masakan di tatar Pasundan.

Terasi biasanya digunakan sebagai bumbu olahan makanan pokok seperti nasi, dan lauk pauknya.

Hal ini sangat wajar, mengingat saat itu belum ditemukan penyedap rasa seperti micin.

Maka ketika Cirebon menghentikan pengiriman upeti berupa garam dan terasi kepada Kerajaan Galuh, hal ini tentu menimbulkan konflik baru.

Dalam kultur budaya kala itu, berhenti mengirim upeti menandakan sebuah pembangkangan.

Kerajaan Galuh menilai jika Cirebon memang sengaja melakukan terlawanan dan tidak taat terhadap perintah pusat.

Baca Juga: Urang Jawa Barat Wajib Tahu! Begini Sejarah Karedok, Ternyata Jadi Nama Kampung di Kabupaten Dekat Bandung!

Terasi jadi barang penting

 

Melalui cerita dalam Naskah Mertasinga, dikisahkah bahwa Kerajaan Galuh langsung menyerang Cirebon, tak lama setelah Cirebon menghentikan pengiriman upeti.

Meski telah diserang, Cirebon tetap tak mau mengirimkan upeti berisi garam dan terasi.

Imbasnya tak hanya soal perbedaan rasa masakan pada makanan yang dipersembahkan untuk para Raja Galuh, namun juga berimbas pada kondisi ekonomi kerajaan Sunda kala itu.

Sebab, perdagangan dan kuliner merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar saat itu.

Mungkin saja jika dibandingkan, posisi terasi kala itu sebanding dengan rempah-rempah pada zaman Belanda, sesuatu yang sangat berharga, dan sangat dibutuhkan.

Itulah sejarah singkat penamuan terasi, bumbu masakan khas Cirebon yang jadi favorit putra Prabu Siliwangi.***

Ikuti berita MapayBandung.com lainnya di Google News.

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler