Melihat keprihatinan isu yang menimpa laki-laki, seorang profesor di Kansas City, Missouri, AS, yakni Thomas Oaster, mencetuskan pertama kali Hari Pria Internasional pada tanggal 7 Februari tahun 1992. Namun hanya sukses beberapa tahun, kemudian memudar.
Pada tahun 1999, seorang profesor dari Trinidad dan Tobago, Jerome Teelucksingh, menghidupkan kembali perayaan hari Pria dengan mengubahnya menjadi 19 November.
Tanggal ini dipilih karena merupakan hari lahir ayah Teelucksingh, dan juga sebagai peringatan tim sepak bola Trinidad & Tobago lolos ke Piala Dunia pada tahun 1989.
Hari Pria Internasional diharapkan dapat menjadi momen, dalam meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan mental pada pria, serta masalah kesehatan dan sosial lainnya, juga mendorong pria untuk terbuka dan berkomunikasi dengan orang lain.*** (Rofi Arifianto/JOB Training)