MAPAY BANDUNG - Olimpiade Tokyo 2020 resmi ditutup dan penyelenggara saat ini tengah merayakan bagaimana mereka dapat menyatukan dunia sekaligus mengatasi rintangan pandemi Covid-19 yang ada.
Olimpiade Tokyo 2020 yang spektakuler itu telah berlalu dan selasai dalam 16 hari kompetensi.
Namun, di luar upacara penutupan tersebut, di ibu kota Jepang malah timbul protes yang berlanjut, mereka menganggap Olimpiade adalah sebuah eksperimen yang sembrono.
Hal tersebut dapat terjadi karena infeksi Covid-19 saat ini berada pada tingkat rekor baru di Tokyo.
Tetapi penyelenggara sendiri malah percaya bahwa pada "Games Bubble" yang mereka timbullkan hanya berisi dari 400 lebih kasus positif saja.
Baca Juga: Benarkah Menikah di Bulan Suro Bakal Dapat Kesialan? Berikut Menurut Pandangan Islam
Apa pun yang mendorong tingkat infeksi lokal ini naik, tentunya telah menyebabkan lebih banyak penerimaan rumah sakit dan kematian yang menyedihkan di Tokyo.
Pakar kesehatan masyarakat, Profesor Kenji Shibuya mengatakan bahwa orang-orang di Jepang telah menikmati cerita olahraga dan kesuksesan medali buatan dalam negeri itu, tetapi Olimpiade datang dengan beban yang berat.
"Ini telah meninggalkan bekas luka pada masyarakat Jepang," katanya, dikutip MapayBandung.com dari Sky News, Selasa, 10 Agustus 2021.