Baru Tahu! Kecamatan di Kota Bandung Ini Punya Sumber Mata Air Penyelamat Warga Tahun 1920an

7 Februari 2024, 11:10 WIB
Benteng Pelindung Mata Air Cikendi di Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Selasa 18 Juli 2023 /Diskominfo Kota Bandnug

CIDADAP, MAPAYBANDUNG.COM - Berbicara tentang kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Bandung, rasanya kurang lengkap jika kita tidak bicara soal sejarahnya.

Seperti diketahui, setiap sudut kecamatan di Kota Bandung mempunyai kisah dan sejarahnya masing-masing, tidak terkecuali Kecamatan Cidadap. Daerah yang berbatasan langsung dengan Lembang Kabupaten Bandung Barat ini mempunyai kisah unik untuk diulas bersama.

Berikut ini ulasan khusus tim redaksi MapayBandung.com mengenai Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, lengkap dengan sejarah awal mula terbentuknya.

Baca Juga: Unik Banget! Salah Satu Daerah di Kota Bandung Ini Namanya Terinspirasi dari Nama Bioskop, Bisa Tebak?

Kecamatan Cidadap secara administratif masuk ke dalam daftar 30 kecamatan di Kota Bandung. Secara rinci, di bagian selatan Kecamatan Cidadap dibatasi oleh Kecamatan Sukajadi, dan di bagian utara dibatasi oleh Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Sedangkan di bagian timur Kecamatan Cidadap dibatasi oleh Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Sukajadi, serta di bagian barat berbatasan langsung dengan Kecamatan Coblong.

 

Sejarah

Baca Juga: Siapa Sangka, Dikira Cinta-cintaan Asal Usul Nama Margacinta Bandung Ternyata Berasal dari Nama Ini!

Kecamatan Cidadap berasal dari sebuah Desa bernama Desa Cidadap pada Tahun 1960, berkedudukan di Jalan Gegerkalong yang sekarang ini menjadi Kelurahan Isola, terdiri dari 3 lingkungan yaitu Ledeng, Ciumbuleuit, dan Hegarmanah.

Seiring dengan perkembangan perubahan Undang-undang yang mengatur Desa, oleh Penda pada Tahun 1974 salah satu lingkungan yang ada di wilayah tersebut masuk Sukajadi.

Pada Tahun 1974, sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Desa, dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah, Kecamatan Sukajadi dimekarkan menjadi beberapa kecamatan yang di antaranya menjadi Kecamatan Cidadap.

Baca Juga: Berasal dari Nama Bebatuan Danau Kecil, Begini Kisah Terlahirnya Wilayah Buahbatu Bandung

Punya sumber mata air

Kecamatan Cidadap juga tercatat mempunyai sumber mata air yang menjadi penyelamat warga bandung pada Tahun 1920an, yaitu Mata Air Cikendi.

Dilansir MapayBandung.com dari PRFM News, Rabu 7 Februari 2024, Mata Air Cikendi ditemukan oleh seorang insinyur pertambangan Ir. De Jongh pada tahun 1920. Lokasinya berada di wilayah Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap.

Pada Tahun 1920 silam, suplai air di wilayah Kota Bandung masih mengandalkan sumur artesis lokal. Sistem ini jelas tidak dapat mencukupi kebutuhan warga. Dengan kondisi seperti ini, pemerintah pada saat itu terpaksa mencari sumber mata air dengan debit yang lebih tinggi.

Sumber air yang dapat segera dikerjakan adalah Mata Air Cikendi. Sumber tersebut dinilai pemerintah paling mudah untuk diakses dan sudah terbukti sumber airnya bersih dan steril.

Singkat cerita, Mata Air Cikendi di Kelurahan Hegarmanah Kecamatan Cidadap itu menjadi harapan masyarakat. Air pun berhasil disalurkan melalui pipa ke rumah-rumah warga.

Saat ini, Mata Air Cikendi masuk ke dalam daftar Situs Cagar Budaya. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung mencatatkan Benteng Pelindung Mata Air Cikendi pada Tahun 2019 lalu.

Kecamatan Cidadap sudah dipimpin oleh 13 Camat, yang terhitung mulai periode Tahun 1974 hingga 2024 sekarang. Adapun yang menjadi Camat Cidadap antara lain:

1. Tahun 1974-1977: Bapak Fadil
2. Tahun 1977-1981: Rd. Drs. Hidayat Sastra
3. Tahun 1981-1982: Dadang Suwandana, BA
4. Tahun 1982-1987: Solihin Sastrawinata
5. Tahun 1987-1995: Dudih K.
6. Tahun 1995-1998: Sunarjo, BA
7. Tahun 1998-1999: Drs. Nadi Sastra Kusumah (Plt)
8. Tahun 2000-2002: Drs. H. Lukman B., M.Si
9. Tahun 2002-2002: Drs. Suherlan
10. Tahun 2002-2004: Drs. Maman Rohman
11. Tahun 2004-2016: Drs. Pepen Effendi, M.Si
12. Tahun 2016-2019: H. Yasa Hanafiah, SE.,MM
13. Tahun 2019-sekarang: Drs. Hilda Hendrawan.***

Editor: Haidar Rais

Tags

Terkini

Terpopuler