Kerap Dilanda Banjir, Ini Asal-usul Nama Dayeuhkolot yang Pernah Jadi Ibu Kota Bandung

15 Januari 2024, 20:30 WIB
Anak-anak bermain di genangan air banjir di Kampung Bojong Asih, Desa/Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Minggu (14/1/2024). /Pikiran Rakyat/Hendro Susilo

DAYEUHKOLOT, MAPAYBANDUNG.COM - Berikut toponimi atau asal-usul nama Dayeuhkolot, daerah di Kabupaten Bandung yang kerap dilanda banjir. Hampir setiap hujan deras mengguyur Bandung Raya, Dayeuhkolot tidak lepas dari musibah banjir.

Dayeuhkolot adalah salah satu kecamatan di wilayah administratif Kabupaten Bandung. Kecamatan ini terdiri dari 6 desa/kelurahan yaitu Cangkuang Wetan, Cangkuang Kulon, Pasawahan, Citeureup, Dayeuhkolot, dan Sukapura.

Dayeuhkolot berbatasan dengan Kota Bandung di sebelah utara yaitu Kecamatan Bandung Kidul dan Bojongloa Kidul, kemudian berbatasan dengan Kecamatan Bojongsoang di sebelah timur, dengan Kecamatan Baleendah di selatan, serta dengan Kecamatan Margahayu di sebelah barat.

Baca Juga: Haru! Kisah Bailah, Pengemis Viral 'A kasihan a' di Bogor, Ternyata Korban KDRT, Suaminya Tidak Kerja Pula

Dayeuhkolot merupakan daerah rawan banjir di Bandung. Bersama dengan Baleendah, kecamatan ini menjadi daerah siaga bila musim penghujan tiba. Kajian karakter DAS Citarum (2011) mendapatkan bahwa 94% (sekitar 879,8 ha) wilayah Dayeuhkolot berpotensi terkena banjir setiap tahun.

Wilayah ini termasuk DAS Citarum bagian hulu. Karena letak geografis Dayeuhkolot dan Baleendah yang berbatasan dengan Kota Bandung, maka dapat dipastikan jalur transportasi dari dan ke Kota Bandung yang padat pun terputus selama banjir dan melumpuhkan kegiatan ekonomi masyarakat. Hal inilah yang menjadi masalah bersama pemerintah Kabupaten dan Kota Bandung.

Baca Juga: Katalog Promo Bandung: Senin Semangat di Starbucks, Lawson, dan Point Coffee, Diskon Harga Ini Bikin Ngiler

Asal-usul nama Dayeuhkolot

Dikutip MapayBandung.com dari ppid.bandungkab.go.id pada Senin 15 Januari 2024, Dayeuhkolot dahulunya bernama Karapyak. Karapyak sendiri memiliki arti yaitu rakit penyeberangan yang dibuat dari batang-batang bambu.

Sampai tahun 1810, Karapyak adalah tempat kedudukan para Bupati Bandung. Bupati Bandung saat itu adalah R.A. Wiranatakusumah II yang menjabat dari tahun 1794 sampai 1829.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels kemudian memerintahkan pemindahan pendopo kabupaten dari Karapyak ke tepi Sungai Cikapundung, dengan alasan daerah berprospek lebih untuk dikembangkan.

Baca Juga: Link Live Streaming Timnas Indonesia vs Irak di Piala Asia 2023 Hari Ini, Tayang di Mana?

Setelah pusat pemerintahan dipindahkan, maka segala hal yang berhubungan dengan pemerintahan dan perekonomian di Kabupaten Bandung beralih ke daerah baru. Orang-orang lalu menyebut Karapyak sebagai kota tua atau kota lama. Oleh karena itu, daerah Karapyak sekarang disebut dengan Dayeuhkolot, bahasa Sunda dari kota lama.

Pada tahun 1987, seiring dengan perubahan batas Kota Bandung, Kecamatan Dayeuhkolot mengalami perubahan batas wilayah. Sebagian desa di utara Jalan Tol Purbaleunyi dimasukkan ke Kota Bandung dan wilayah Margahayu dimekarkan menjadi kecamatan tersendiri.

Itulah asal-usul nama Dayeuhkolot, salah satu daerah rawan banjir di Kabupaten Bandung.***

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler