Kisah Nyata, Pengakuan Mantan Pelaku Pesugihan Sate Gagak Ini Berujung Petaka, Merinding!

- 5 September 2022, 09:39 WIB
Kisah nyata pengakuan mantan pelaku pesugihan sate gagak ini bikin merinding, mengerikan!
Kisah nyata pengakuan mantan pelaku pesugihan sate gagak ini bikin merinding, mengerikan! /Zomato

MAPAY BANDUNG – Parman mengisahkan pengakuan mencengangkan saat melakukan pesugihan sate gagak.

Pengakuan yang dibuat Parman ini tidak untuk ditiru karena pesugihan dengan metode apapun memiliki risiko yang berbahaya.

Terbentur masalah ekonomi, Parman nekat melakukan pesugihan sate gagak atau berjualan sate gagak di sebuah hutan di daerah Jawa Timur pada tahun 2004 silam.

Pesugihan sate gagak adalah pesugihan yang cukup tua di Pulau Jawa. Hanya dengan berjualan sate gagak, pelaku pesugihan akan mendapat keuntungan yang luar biasa.

Baca Juga: Tak Hanya Penampakan Pocong dan Genderuwo, Ini Risiko Melakukan Pesugihan Sate Gagak, Jangan Tergoda

“Pesugihan sate gagak itu harus nekat, pantang mundur, sekali jalan, dan tempatnya sudah ditentukan oleh si Mbah (dukun) di tempat yang wingit atau angker,” ucap Parman seperti dikutip MapayBandung.com dari kanal YouTube Mistory Zone yang diakses pada Senin 5 September 2022.

“Berjualan sate gagak itu tidak berjualan dengan manusia, pasti nanti yang membeli bukan manusia,” sambungnya.

Parman menjelaskan jika praktik pesugihan sate gagak memiliki risiko yang sangat tinggi. Selain mental, keamanan diri sendiri akan terancam saat berjualan pada sosok makhluk halus.

Pria paruh baya ini menambahkan jika burung gagak yang akan dijual untuk keperluan pesugihan sate haruslah dalam kondisi hidup dan disembelih di lokasi berjualan.

“Saya bersiap di malam Jumat, membawa bumbu seadanya, tungku, arang, dan tusuk sate, semua keperluan disiapkan dan saya berangkat tengah malam,” ujarnya.

“Awalnya ada rasa ketakutan mas, karena tidak ada bayangan sama sekali berjualan sate gagak pada makhluk halus,” sambungnya.

Baca Juga: Bocoran Preman Pensiun 6 Hari Ini, Senin 5 September: Bang Edi Ingin Kuasai Terminal

Setibanya di pinggiran hutan, Parman merasakan hawa yang tidak biasa. Menurutnya, lokasi yang jadi tempat berjualan sate gagak benar-benar angker.

Ketika burung gagak disembelih dan dipotong-potong seukuran daging sate, hawa di sekitar hutan terasa sangat menyeramkan.

“Waktu itu saya mencopot semua pakaian, ritual yang disampaikan si Mbah itu harus berjualan dalam kondisi tidak pakai busana,” ucap Parman.

Ayah dua anak ini menambahkan jika daging pada burung gagak tidak sebanyak unggas lain, dari 1 ekor burung gagak didapatnya sekitar 10 hingga 11 tusuk sate gagak saja.

Baca Juga: 33 Nama Bayi Laki-laki Islami Modern Lahir Bulan September, Berisi 3 Kata Indah, Unik Serta Tidak Pasaran

Parman kemudian membaca mantra, menyalakan api, dan membakar sate gagak hingga aroma daging tercium harum.

“Saya juga simpan uang Rp100 ribu di dalam besek dan dibiarkan terbuka, jadi uang itu uang pancingan untuk pembayaran,” ujarnya.

Suasana benar-benar berubah seketika, apalagi saat asap dari pembakaran sate mulai memenuhi sekitar tempat berjualan.

Lambat laun dari kejauhan terdengar langkah kaki, jelas langkah kaki itu bukan langkah kaki manusia.

“Tau-tau di depan saya ada seseorang yang duduk dengan tubuh hitam yang tinggi besar, duduk bersila dan lututnya itu hitam semua” tuturnya.

Waktu itu Parman hanya terdiam dan didengarnya embusan nafas yang sangat kencang dari ketinggian sekitar 4 meter.

Tak lama setelah sate matang, sate gagak diambil oleh tangan yang bentuknya besar dan hitam. Selanjutnya terlihat uang yang berada di dalam besek bertambah sejumlah sate yang diambil.

“Saya benar-benar enggak paham dan enggak berani menengok ke atas waktu itu,” ujarnya.

Baca Juga: Benarkah Korban Meninggal di Pantai Selatan Karena Tumbal Nyi Roro Kidul? Indigo Ini Beri Kesaksian Menohok

Kejadian itu terus menerus terulang hingga seluruh sate gagak yang dijualnya habis. Parman hanya melihat sate yang dibakarnya diambil tanpa ingin tahu siapa yang membeli satenya.

Setelah sate gagak terjual semua, kondisi di sana semakin mencekam. Ia mengetahui jika di sekitarnya masih banyak sosok-sosok yang menunggu.

Parman memang mendapat keuntungan berlipat dari hasil berjualan sate gagak pesugihan. Namun dampaknya, Ia merasakan para pelanggan sate gagak selalu berdatangan ke rumahnya dengan wujud yang menyeramkan setiap malam Jumat.

Sate ne endi? (satenya mana),” pungkasnya.***

Editor: Haidar Rais


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah