"Padahal ini bagus, jadi memang ada yang jenis ini, jarang sekali manggung, sekali manggung atau sekali berbunyi biasanya waktu-waktunya tertentu saja, jam jamnya ini tertentu dan juga hari-hari tertentu saja," ucap Mbah Yadi.
Meskipun dilakukan berbagai upaya untuk membuat perkutut ini berbunyi, tetap saja mereka tidak akan manggung.
"Selain itu tidak mau manggung, hanya diam saja tidak mau manggung," ujar Mbah Yadi.
Adapun tuah atau keistimewaan katuranggan perkutut biksu welahan yaitu bisa membuat sang pemiliknya disegani orang.
Baca Juga: Gunung Raung Erupsi! Simak 5 Misteri tentang Gunung Raung, Nomor 2 Paling Sohor
"Tuahnya adalah memberi kewibawaan kepada pemiliknya, disamping itu juga orangnya disegani oleh orang-orang yang ada disekelilingnya," terang Mbah Yadi.
Selain itu mereka juga dipercaya membawa kemakmuran untuk sang pemeliharanya.
"Dan yang jelas ini bisa mendatangkan kemakmuran bagi pemiliknya," papar Mbah Yadi.
Bahkan, semua cita-cita sang pemilik akam mudah tercapai.