Banjir Demak jadi Pertanda Kemunculan Selat Muria, Simak Sejarah yang Selama Ini Disembunyikan

20 Maret 2024, 09:45 WIB
Sejarah Selat Muria yang memisahkan Gunung Muria dengan dataran Pulau Jawa /Keluarga Arif Com ID/YouTube

 

BRAGA, MAPAY BANDUNG - Banjir yang melanda Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada Selasa 19 Maret 2024 hingga saat ini semakin mengkhawatirkan dan belum kunjung surut.

Jalan-jalan protokol seperti Jalan Sultan Fatah hingga situs makam Sunan Kalijaga seakan-akan berubah menjadi sungai dengan genangan air mencapai 50 sentimeter. Tak hanya itu, alun-alun Kabupaten Demak juga terendam banjir setinggi lutut orang dewasa.

Banjir yang terbilang cukup parah ini menimbulkan banyak kekhawatiran dan spekulasi, tak sedikit yang menyebut jika banjir ini adalah pertanda Selat Muria akan segera muncul lantaran banjir di tahun-tahun sebelumnya tidak begitu mengerikan seperti tahun ini.

Baca Juga: 180 Jiwa Korban Banjir Rob Pantai Pelabuhanratu Masih Tinggal di Pengungsian

Mengutip dari kanal YouTube Keluarga Arif Com ID, Selat Muria adalah sebuah selat yang pernah ada dan menghubungkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Muria dengan sejarah yang sangat panjang.

Dahulu selat ini merupakan daerah perdagangan yang ramai, dengan kota-kota perdagangan seperti Demak, Jepara, Pati, dan Juwana.

Selat Muria adalah wilayah perairan yang pada masa lalu memisahkan daratan utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria, sebuah gunung bertipe stratovolcano yang terletak di pantai utara Jawa Tengah.

Di abad ke-6 masehi, Selat Muria merupakan jalur transportasi dan perdagangan yang ramai, menghubungkan masyarakat Jawa Kuno dengan masyarakat di pulau-pulau lainnya.

Baca Juga: Banjir Tahunan di Cirebon Telan Korban Jiwa, Pemprov Jabar-PUPR Berencana Normalisasi Sungai

Buku sejarah catatan Tiogkok mencatat, Pulau Muria sudah menjadi kerajaan besar saat Kartikeya Singha memimpin Kalingga. Selain itu, lalu lintas ekonomi dan politik juga terpusat di Selat Muria.

Perubahan kondisi alam yang terjadi akibat dinamika iklim dan dinamika laut menyebabkan Selat Muria tertutup dan kemudian menjadi daratan sebagai hasil dari proses sedimentasi.

Tanah Muria yang kini telah terbentuk telah memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, seperti air yang berasal dari sumber hulu di Pegunungan Muria yang digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari.

Masyarakat sejak lama telah memanfaatkan potensi alam Pegunungan Muria secara ekonomi, seperti menjual burung khas Muria, air, pasir, bebatuan, dan kayu.

Selain itu, berbagai aktivitas manusia yang berhubungan dengan alam juga telah terjadi, seperti bertani dan berkebun.

Ilustrasi Selat Muria X

Saat ini beberapa kota besar seperti Jepara, Demak, Pati, Kudus, Purwodadi, hingga Rembang, yang berada di kaki Gunung Muria menjadi saksi sejarah hilangnya Selat Muria.

Teori kemunculan Selat Muria semakin ramai di media sosial, pasalnya citra satelit memperlihatkan daerah Demak dan sekitarnya terlihat biru akibat genangan air yang tak kunjung surut.***

Editor: Asep Yusuf Anshori

Tags

Terkini

Terpopuler