MAPAY BANDUNG - Masyarakat Jawa sangat menghormati terhadap malam 1 Suro ini, sebab malam 1 Suro dianggap hari yang keramat dan sakral.
Karena dianggap keramat dan sakral, ada beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada malam 1 Suro.
Hal ini bertujuan, agar masyarakat tidak mendapatkan kesialan di kemudian harinya.
Terlebih, jika malam 1 suro bertepatan pada Jumat Legi, maka aturannya pun jauh lebih ketat.
Dilansir MapayBandung.com dari laman web Kemdikbud, Senin 25 Juli 2022, malam 1 Suro merupakan penanggalan di kalender Jawa, yang menjadi awal bulan pertama tahun baru Jawa.
Malam 1 Suro adalah malam yang sangat keramat dan sakral, khususnya bagi masyarakat Jawa.
Malam 1 Suro dianggap keramat, terlebih bila jatuh pada Jumat Legi. Untuk sebagian masyarakat, pada malam 1 Suro dilarang untuk bepergian, kecuali untuk berdoa ataupun melakukan ibadah lain.
Karena dianggap keramat dan sakral, berikut 4 hal tidak boleh dilakukan pada malam 1 Suro, di antaranya:
- Melakukan perjalanan jauh dari rumah
- Membangun atau pindah rumah
- Mengadakan pesta pernikahan
- Menggelar pesta hajatan
Baca Juga: Kini Terungkap, Inilah 4 Ciri Rumah Hasil Pesugihan, Seram, Bakal Sering Terjadi Penampakan
4 hal ini tidak boleh dilakukan apalagi sampai dilanggar. Sebab jika dilanggar, maka keluarga tersebut akan mendapatkan kesialan.
Malam 1 Suro biasanya diperingati pada malam hari setelah maghrib pada hari sebelum tanggal satu, ini yang mendasari penyebutan malam satu suro.
Hal ini karena pergantian hari Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam.
Baca Juga: Penyebab Burung Perkutut Kerdil dan Susah Besar, Waspada! Gejala Stunting Akibat Kebiasaan Ini
Pada saat malam 1 Suro tiba, masyarakat Jawa biasanya melaksanakan ritual tradisi iring-iringan rombongan masyarakat atau kirab.
Di Solo misalnya, perayaan malam 1 Suro terdapat hewan khas yang disebut Kebo (kerbau) Bule.
Kebo Bule menjadi salah satu daya tarik bagi warga Solo yang menyaksikan perayaan malam 1 Suro, dan konon dianggap keramat oleh masyarakat setempat, yang biasa disebut dengan Kebo Bule Kyai Slamet.***