Apa Saja Sesajen Malam 1 Suro? Berikut Isi dan Filosofi Sesajen Menurut Budayawan Jawa

23 Juli 2022, 19:45 WIB
Inilah isi dan filosofi dari sesajen menurut budayawan Jawa terkait dengan sesajen yang diadakan setiap kali malam 1 Suro. /Pixabay @Pexels



MAPAY BANDUNG – Budayawan Jawa, Djoko Pengging mengungkap makna serta filosofi sesajen atau sesaji yang sering ditemukan pada malam 1 Suro.

Sebenarnya tak hanya malam 1 Suro saja, sesajen kerap kali ditemukan pada berbagai kesempatan serta ritual yang dilakukan masyarakat Jawa seperti larung atau kirab.

Menurut Djoko, sesajen yang disiapkan pada malam 1 Suro tidak bertujuan memberi makan Jin, dedemit, atau makhluk halus.

Sesajen malam 1 Suro memiliki filosofi serta makna sebagai bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa.

Selama ritual malam 1 Suro, sesajen disajikan dalam nampan serta diisi hasil bumi maupun makanan yang sarat makna.

“Nampan atau tampah sebagai sebuah simbol dunia yang semuanya berkumpul menjadi satu,” ucap Djoko seperti dinukil MapayBandung.com dari kanal YouTube WMP Official pada Sabtu 23 Juli 2022.

Baca Juga: Inilah Cara Agar Daun Aglonema Mengkilap Serta Tumbuh Subur dan Menawan, Wajib Perhatikan 5 Hal Ini

Isi yang sangat sering dijumpai pada sesajen yaitu pisang. Satu sisir pisang (pisang setangkep) memiliki makna kehidupan manusia harus berdampingan dan bersinergi satu dengan yang lainnya.

“Sebagai sebuah keseimbangan yang ada di alam semesta,” tuturnya.

Selain pisang ada pula pinang dan sirih sebagai simbol 5 rasa yang dialami kehidupan manusia dan tak akan lepas dari pahit, getir, manis, dan semua menjadi satu.

Banyak yang salah kaprah dengan menghadirkan bunga sebagai sesajen. Bunga setaman yang didominasi warna merah dan putih adalah simbol bumi pertiwi, bukan untuk makhluk halus.

“Ada juga kembang kenanga sebagai bentuk kenangan yang buruk dari leluhur atau orang tua sebaiknya dikubur dalam-dalam,” ucap Djoko.

Baca Juga: Tata Cara Tingkeban dan Sesaji yang Disiapkan Sesuai Adat Jawa, Lakukan Ini Saat Ibu Hamil Menginjak 7 Bulan

“Kembang melati sebagai simbol wewangian, yang mengajarkan hidup untuk selalu meninggalkan nama yang harum,” sambungnya.

Selain bunga, bagian lain yang sering ditemukan pada sesajen malam 1 Suro yaitu empon-empon.

Empon-empon adalah sebuah wadah yang berisi kacang-kacangan serta potongan daging, hal ini adalah simbol bahwa manusia tidak dapat lepas dari makhluk lain seperti tumbuhan dan hewan.

Ada pula ‘Gereh Pethek’, sejenis ikan kering yang diasinkan yang memiliki makna bahwa kehidupan di dunia tidak hanya berada di darat saja. Ada pula makhluk hidup lain yang berada di lautan.

“Terus juga ada (buah pepaya) paya gantung, paya pendem, kemudian ada paya sampar yang memiliki arti bahwa kehidupan di dunia sejak lahir tentu akan mengalami pasang surut,” ucap Djoko.

Baca Juga: 10 Nama Bayi Perempuan Islami Berawalan Huruf J, Jadi Doa Terbaik, Bermakna Indah, dan Bercahaya

“Nantinya ketika menjalani kehidupan harus memiliki cita-cita yang digantung pada sebuah harapan seperti layaknya paya gantung,” sambungnya.

Di akhir penjelasn singkatnya terkait sesajen untuk malam 1 Suro, Djoko Pengging mengungkap 1 bagian dari sesajen yang memiliki filosofi penting yaitu tumpeng.

Tumpeng yang berbentuk kerucut ke atas dan disematkan cabai merah ke atas memiliki filosofi mendalam dan sarat nilai.

“Segala kehidupan yang ada di seluruh jagat, tetap akan bertumpu ke atas dan cabai merah sebagai simbol menyembah ke atas,” tandasnya.***

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler