Ada beberapa rangkaian ritual Tapa Bisu yang dilakukan saat malam 1 Suro.
Baca Juga: Punya 14 hingga 21 Bulu Ekor, Berikut 7 Katuranggan Perkutut Pemilik Tuah Sakti, Cek Sekarang Juga!
Diawali dengan melantunkan tembang ‘Macapat’ yang diucapkan para abdi dalem. Kidung tembang Macapat berisi lirik yang terselip doa-doa serta harapan lebih baik untuk tahun depan.
Pelantunan tembang Macapat biasanya dilakukan di area Keben Keraton Yogyakarta.
Selama melakukan Tapa Bisu, para peserta tirakat yang tengah mengelilingi benteng dilarang berbicara, minum, maupun merokok. Hal ini adalah simbol perenungan serta intropeksi diri.
Keheningan total selama mengelilingi benteng keraton adalah simbol evaluasi sekaligus keprihatinan terhadap segala perbuatan selama setahun ke belakang.
Peserta yang melakukan ritual Tapa Bisu harus mengelilingi lingkungan benteng keraton dengan jarak kurang lebih sepanjang 4 km.
Rute dimulai dari Bangsal Pancaniti, Jalan Rotowijayan, Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, Jalan Wahid Hasyim, Suryowijayan, melewati Pojok Beteng Kulon, Jalan MT Haryono, Pojok Beteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, hingga berakhir di Alun-alun Utara Yogyakarta.
Selain warga Yogyakarta dan warga lokal yang mengikuti ritual Tapa Bisu ini, turis asing pun terlihat ramai dan antusias mengikuti ritual Tapa Bisu secara khidmat.