Kenali 3 Kanker yang Sering Menyerang Wanita di Indonesia

- 17 Februari 2021, 13:12 WIB
Kenali gejala dini kanker pada wanita agar bisa dicegah dan ditangani lebih cepat
Kenali gejala dini kanker pada wanita agar bisa dicegah dan ditangani lebih cepat /Mapay Bandung


MAPAY BANDUNG - Kanker pada wanita perlu diketahui sejak dini agar bisa segera dicegah secepatnya melalui pengobatan, kemoterapi dan sebagainya.

Kanker masih menjadi penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Bahkan Indonesia tercatat sebagai negara ke-8 dunia dengan penderita kanker terbanyak.

Pada wanita, setidaknya kanker serviks (kanker mulut rahim) dan kanker rahim (ovarium) adalah kanker yang paling banyak menjangkiti.

Begitu pula dengan kanker payudara, terhitung 20 persen kasus payudara menyerang wanita di Indonesia.

Baca Juga: Mitos Atau Fakta : Radiasi Smartphone Bisa Menyebabkan Risiko Kanker?

Tidak ada penyebab pasti dari kanker. Terjadinya kanker dikaitkan dengan berbagai alasan mulai dari profil genetik individu hingga kebiasaan gaya hidup seperti merokok. Dengan demikian, mengenali tanda dan gejala serta diagnosis yang tepat sejak dini dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam penanganan kanker.

Untuk itu, Konsultan senior yang memiliki minat khusus pada kanker payudara dan ginekologi di Parkway Cancer Centre, Dr. Wong Chiung Ing memberikan sejumlah penjelasan agar wanita bisa mengenali gejala kanker sejak dini.

1. Kanker Payudara

Tanda-tanda kanker payudara di antaranya adalah benjolan di payudara, inversi puting susu, atau perubahan kulit yang tidak normal.

Sebagian besar kanker payudara ditemukan saat masih terlokalisasi di payudara dan di kelenjar getah bening di ketiak pada sisi yang sama.

“Kanker payudara pada fase lebih dini dapat diobati secara efektif dan berpotensi dapat disembuhkan dengan operasi, kemoterapi, terapi hormonal, terapi bertarget, dan radioterapi,” ucapnya dalam webinar, Rabu 17 Februari 2021.

Baca Juga: Mengejutkan! Kak Seto Baru Tahu Kalau Dirinya Mengidap Kanker, Tadi Pagi Sudah Mulai Operasi

2. Kanker Serviks

Wong memaparkan, kanker serviks disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) dan terjadi di jaringan serviks (organ yang menghubungkan rahim dan vagina).

Infeksi HPV yang didapat secara seksualsangat umum terjadi. Sementara 80 atau 90 persen infeksi bersifat sementara, sebagian kecil kasus dapat memicu pertumbuhan abnormal pada sel-sel lapisan dalam.

Sel-sel ini kemudian dapat berkembang menjadi prakanker, perubahan prainvasif yang disebut Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN) yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker invasif.

Baca Juga: 380 Orang di Pondok Pesantren Kota Tasikmalaya Positif Corona, RS Tak Sanggup Tampung Semuanya

Baca Juga: Kejar Target, 850 Tenaga Kesehatan Ikut Vaksinasi Massal di Bandung

"Tidak ada tanda atau gejala infeksi HPV, perubahan prakanker atau bahkan dalam beberapa kasus, dari beberapa kanker serviks stadium awal. Dalam banyak kasus, gejala dapat berkembang hanya ketika sel kanker mulai menyerang jaringan sekitarnya," paparnya.

Kabar baiknya adalah kanker serviks adalah salah satu kanker yang paling dapat dicegah dan diobati jika terdeteksi sejak dini.

“Skrining serviks secara teratur dapat mendeteksi sel prakanker atau kanker di serviks dan secara signifikan mengurangi risiko berkembangnya kanker serviks,” kata Dr. Wong.

Vaksinasi HPV juga diketahui dapat mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan pada wanita karena merangsang kekebalan terhadap jenis HPV tertentu penyebab kanker serviks.

3. Kanker Ovarium

Baca Juga: Pedagang Pasar Tanah Abang Disuntik Vaksin Pagi Tadi, Jokowi: Semua akan Divaksinasi

Baca Juga: Harga Emas Hari Ini Anjlok, Terendah Sejak 7 Bulan Terakhir: Paling Murah Rp511 Ribu

Salah satu penyebab kanker ovarium yaitu mutasi gen yang diturunkan. Penting diketahui, kanker ovarium memiliki kejadian lebih tinggi pada wanita di atas usia 40 tahun.

Wanita yang menjalani terapi hormonal setelah menopause, dan mereka yang melahirkan di atas usia 35 tahun juga berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.

Wong menegaskan, kemajuan teknologi medis dan pemahaman yang lebaih baik tentang kanker telah memungkinkan dokter untuk menawarkan strategi pengobatan pasien yang dapat menghasilkan hasil klinis dan kualitas hidup yang lebih baik.

Hal itu bergantung pada gambaran klinis dari kanker mereka. Dokter mungkin merekomendasikan pendekatan pengobatan yang berbeda.

“Tidak seperti pendekatan tradisional di mana pembedahan sering diresepkan sebagai pengobatan utama, pasien kadang-kadang dapat memperoleh manfaat dari kemoterapi neo-adjuvant untuk mengecilkan tumor kanker sebelum pembedahan untuk hasil yang jauh lebih baik bagi pasien,” pungkasnya.***

 

Editor: Rizky Perdana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x