BRAGA, MAPAY BANDUNG - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengeluarkan surat edaran yang mengatur penggunaan pengeras suara di masjid dan musala yang berlaku untuk ibadah dan syiar di bulan ramadhan.
Peraturan penggunaan pengeras suara ini tertuang dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor SE 05 tahun 2022 yang berisi tentang Panduan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.
Saat bulan Ramadhan, masjid maupun musala dapat menggunakan pengeras suara luar asalkan dilakukan dengan menggunakan akustik yang baik. Selain itu, volume pengeras suara yang diperkenankan paling besar 100 dB (desibel).
Mengutip dari laman Kemenag, berikut ini adalah tata cara penggunaan pengeras suara di bulan ramadhan saat ibadah sholat 5 waktu dan Jumat.
1. Subuh
Penggunaan pengeras suara sebelum adzan subuh diperbolehkan. Umat muslim dapat menggunakannya untuk pembacaan Alquran maupun selawat atau tarhim paling lama 10 menit.
Sementara itu pelaksanaan salat Subuh, zikir, doa, kuliah Subuh, atau tadarus subuh dapat menggunakan pengeras suara dalam.
2. Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya
Sebelum azan pada waktunya, pembacaan Alquran maupun selawat atau tarhim dapat menggunakan Pengeras suara luar masjid untuk jangka waktu paling lama 5 menit. Sesudah azan berkumandang lewat pengeras suara, DKM dapat menggunakan pengeras suara dalam.
3. Jumat
Sebelum azan pada waktunya, pembacaan Alquran, selawat, atau tarhim dapat menggunakan pengeras suara luar paling lama 10 menit.
Sementara itu penyampaian pengumuman mengenai petugas Jumat, saldo hasil infak sedekah, pengeluaran infak sedekah, pelaksanaan Khutbah Jumat, sholat Jumat, zikir, dan doa, diharuskan untuk menggunakan pengeras suara dalam masjid.
Baca Juga: Punya Luas 41 Ha, Perum Perumnas Siapkan Kawasan Hunian Terjangkau Baru di Bandung Timur
Dari SE ini dapat diketahui bahwa penggunaan pengeras suara masjid telah diatur secara terperinci. Dalam 1 harinya sebuah masjid atau musala hanya dapat menggunakan pengeras suara luar paling lama 10 menit sebelum adzan berkumandang.
Penggunaan pengeras suara di masjid dan musala dianggap sebagai kebutuhan bagi umat Islam dalam menyebarkan ajaran agama di tengah masyarakat.
Meski demikian pada saat yang sama, Indonesia memiliki masyarakat yang beragam seperti agama, keyakinan, latar belakang, dan sebagainya.
Oleh karena itu diperlukan usaha dari masyarakat sekitar untuk menjaga persatuan dan harmoni sosial di antara mereka.***