Simak 8 Amalan Sunnah di Hari Raya Idul Fitri

- 16 April 2023, 13:00 WIB
Ilustrasi 8 amalan sunnah saat Idul Fitri 2023.
Ilustrasi 8 amalan sunnah saat Idul Fitri 2023. /Pixabay/pinterastudio

MAPAY BANDUNG - Inilah penjelasan amalan 8 sunnah yang bisa dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri.

Hari Raya Idul Fitri sendiri merupakan sebuah momen umat Islam untuk menyambut hari kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Pada Hari Raya Idul Fitri ada sejumlah amalan yang bisa anda lakukan.

Baca Juga: Gagal Beri Kemenangan untuk I Made Wirawan, Luis Milla: Kami Stres!

Dilansir Mapaybandung.com daei Nu Online Minggu 9 April 2023 berikut 8 amalan sunnah di Hari Raya Idul Fitri.

1. Shalat Idul Fitri

Hal pertanya yaitu melakukan Shalat Idul Fitri, hukumnya sendiri itu sebenarnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dikukuhkan atau harus dilakukan). Bahkan, sebagian juga berpendapat dan menyatakan bahwa hal tersebut fardlu kifayah (kewajiban kolektif). Salah satu dalil kesunnahannya adalah firman Allah dalam surat al-Kautasar:

Baca Juga: Jelang Lebaran, Harga Kebutuhan Pokok Masyarakat di Kabupaten Bandung Stabil

" فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَر

Artinya : "Maka shalatlah kepada Tuhanmu dan berkurbanlah,” (QS. Al-Kautsar ayat 2).

Sebuah tafsir menegaskan bahwa hal yang dimaksud shalat di dalam ayat tersebut adalah shalat hari raya (Idul Fitri dan Idul Adlha). Dalil lainnya juga mengatakan bahwa Nabi juga rutin melaksanakan shalat Idul fitri di setiap tahunnya. Pertama kali beliau mendirikannya adalah pada tahun kedua sejak hijrah ke Madinah, di mana sebuah perintah kewajiban puasa Ramadhan turun di bulan Sya’bannya (Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 3, hal. 39).

Shalat Idul Fitri disunnahkan bagi semuanya termasuk laki-laki dan perempuan dan dianjurkan untuk dilaksanakan secara berjamaah. Lebih utama dilaksanakan di masjid dari pada di tempat lainnya, termasuk lapangan tetapi hal ini bisa saja dilakukan jika daya tampung di dalam masjid memadai jika tida maka lebih utama di lapangan.

Baca Juga: 5 Ide Jualan Hampers Lebaran, Dijamin Datangkan Cuan saat Idul Fitri 1444 Hijriah

Khusus untuk perempuan, sunnah keluar rumah untuk shalat Idul fitri di masjid, lapangan atau tempat lainnya bila ia adalah wanita tua yang tidak berpenampilan genit dengan syarat memakai yang pakaian sederhana tanpa parfum serta mendapat izin suami (bagi yang bersuami). Sedangkan bagi yang tidak memenuhi ketentuan tersebut, seperti wanita muda atau perempuan tua yang genit, yang lebih baik adalah shalat Idul Fitri di rumah, makruh bagi mereka keluar rumah untuk mengikuti shalat Idul Fitri, bahkan haram bila tanpa izin suami atau mengundang syahwat laki-laki yang bukan mahramnya.

Waktu shalat Idul Fitri dimulai sejak terbitnya matahari sampai masuk waktu zhuhur (tergelincirnya matahari), sunnah mengakhirkannya hingga matahari naik satu tombak (7 dzira’/ + 3,36 M), bahkan melakukan shalat Idul Fitri sebelum batas waktu tersebut hukumnya makruh, karena ada ulama yang tidak mengesahkannya. Shalat idul fitri dilakukan sebanyak dua rakaat, dengan niat shalat Idul fitri. Contoh lafal niatnya:

“nawaitu shalâta ‘îdil fithri sunnatan ma’mûman lillâhi ta‘âlâ

Artinya : aku niat shalat Idul Fitri sunnah, bermakmum, karena Allah.

Baca Juga: Jam Tayang Preman Pensiun 8 Pukul Berapa? Jadwal Acara RCTI Minggu 16 April 2023

Pada rakaat pertama, sebelum membaca Surat al-Fatihah, sunnah takbir sebanyak tujuh kali, di rakaat kedua sebelum membaca surat al-Fatihah sebanyak lima kali.

2. Mandi.

Sunnah bagi siapapun baik itu laki-laki ataupun perempuan bahkan wanita yang tengah haidl atau nifas melakukan mandi Idul Fitri. Kesunnahan ini juga berlaku bagi yang tidak menghadiri shalat Idul Fitri, seperti orang sakit. Waktu mandi ini dimulai sejak tengah malam Idul Fitri sampai tenggelamnya matahari di keesokan harinya.

Lebih utama dilakukan dilakukan setelah terbit fajar (Syekh Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib ‘Ala Syarh al-Khathib, juz 1, hal. 252). Contoh niatnya adalah:

Baca Juga: POPULER HARI INI: Profil Walikota Bandung Yana Mulyana yang Terjerat OTT KPK

نَوَيْتُ غُسْلَ عِيْدِ الْفِطْرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

Artinya : “Aku niat mandi Idul fitri, sunnah karena Allah”.

Menghidupi malam Idul Fitri dengan ibadah dan dianjurkan mengisi malam hari raya dengan shalat, membaca shalawat, membaca Al-Qur’an, membaca kitab, dan bentuk ibadah lainnya. Anjuran ini berdasarkan hadits Nabi:

مَنْ أَحْيَا لَيْلَتَيْ الْعِيدِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ

Artinya : “Barangsiapa menghidupi dua malam hari raya, hatinya tidak mati di hari matinya beberapa hati”. (HR. al-Daruquthni).

Pendapat lain menurut riwayat dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa kita bisa menggunakan malam idul fitri dengan cara shalat Isya berjamaah dan bertekad melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Lalu disunnahkan juga untuk memberbanyak do’a karena hal tersebut termasuk waktu yang mustajab (diijabah) sebagaimana terkabulnya doa di malam Jumat, dua malam awal bulan Rajab, malam Idul Adha dan malam Nishfu Sya’ban (Syekh Zakariyya al-Anshari, Asna al-Mathalib, juz 1, hal. 281).

Baca Juga: Jadwal Adzan Maghrib DKI Jakarta Minggu 16 April 2023

3. Memperbanyak bacaan takbir.

Salah satu syi’ar yang identik dengan Idul Fitri adalah kumandang takbirnya seperti sebuah ajuran memperbanyak takbir ini berdasarkan firman Allah:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ

Artinya : “Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185).

Ada dua jenis takbir Idul Fitri.

Pertama, muqayyad (dibatasi), yaitu takbir yang dilakukan setelah shalat, baik fardhu atau sunnah. Setiap selesai shalat, dianjurkan untuk membaca takbir.

Kedua, mursal (dibebaskan), yaitu takbir yang tidak terbatas setelah shalat, bisa dilakukan di setiap kondisi.

Baca Juga: Polisi Siapkan Rest Area Pemudik Bermotor di Jalur Arteri, Ini Lokasinya

Takbir Idul Fitri bisa dikumandangkan di mana saja, di rumah, jalan, masjid, pasar atau tempat lainnya. Kesunnahan takbir Idul fitri dimulai sejak tenggelamnya matahari pada malam 1 Syawal sampai takbiratul Ihramnya Imam shalat Id bagi yang berjamaah, atau takbiratul Ihramnya mushalli sendiri, bagi yang shalat sendirian.

Salah satu contoh bacaan takbir yang utama adalah:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

4. Makan sebelum berangkat shalat Id.

Poin selanjutnya yaitu sebelum berangkat shalat Idul fitri, disunnahkan untuk makan terlebih dahulu, hal ini berbeda dengan shalat Idul Adha yang disunnahkan makan setelahnya. Hal tersebut karena mengikuti sunnah Nabi yang mengatakan bahwa lebih utama yang dimakan adalah kurma dalam hitungan ganjil, bisa satu butir, tiga butir dan seterusnya.

Makruh hukumnya meninggalkan anjuran makan ini sebagaimana dikutip al-Imam al-Nawawi dari kitab al-Umm. (Syekh Khathib al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj, juz 1, hal. 592).

5. Berjalan kaki menuju tempat shalat.

Berjalan kaki menuju tempat shalat Id hukumnya sunnah, berdasarkan ucapan Sayyidina Ali:

مِنْ السُّنَّةِ أَنْ يَخْرُجَ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا

Artinya: “Termasuk sunnah Nabi adalah keluar menuju tempat shalat Id dengan berjalan”. (HR. al-Tirmidzi dan beliau menyatakannya sebagai hadits Hasan).

Baca Juga: Soal OTT Walikota Bandung Yana Mulyana, Pemkot Jamin Pelayanan Publik Tetap Berjalan

Bagi yang tidak mampu berjalan kaki seperti orang tua, orang lumpuh diperbolehkan untuk menaiki kendaraan. Begitu pula ketika pulangan dari shalat Id boleh dilakukan dengan tidak berjalan kaki. (Syekh Zakariyya al-Anshari, Asna al-Mathalib, juz 1, hal. 282).

6. Membedakan rute jalan pergi dan pulang tempat shalat Id.

Berdasarkan hadits riwayat al-Bukhari, rute perjalanan pulang dan pergi ke tempat shalat Id hendaknya berbeda, dianjurkan untuk rute keberangkatan harus lebih panjang dari pada jalan pulang. Hikmahnya adalah agar memperbanyak pahala menuju tempa ibadah, anjuran ini juga berlaku saat perjalanan haji, membesuk orang sakit dan ibadah lainnya, sebagaimana ditegaskan al-Imam al-Nawawi dalam kitab Riyadl al-Shalihin. (Syekh Khathib al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj, juz 1, hal. 591).

7. Berhias.

Idul fitri adalah waktunya berhias dan berpenampilan sebaik mungkin untuk menampakan kebahagiaan di hari yang berkah itu, berhias ini bisa dilakukan dengan membersihkan badan, memotong kuku, memakai wewangian terbaik dan pakaian terbaik. Lebih utama untuk memakai pakaian putih, kecuali bila selain putih ada yang lebih bagus, maka lebih utama mengenakan pakaian yang paling bagus, semisal baju baru.

Baca Juga: Resep Rendang Jamur dan Opor Bola Tahu Ala Devina Hermawan Untuk Sajian Lebaran 2023, Vegetarian Ayo Merapat

Dari keterangan ini bisa diartikan jika tradisi membeli baju baru saat lebaran memang menemukan dasar yang kuat dalam teks agama, dalam rangka menebarkan syiar kebahagiaan di hari raya Idul Fitri. Kesunnahan berhias ini berlaku bagi siapapun, meski bagi orang yang tidak turut hadir di pelaksnaan shalat Idul Fitri.

Khusus bagi perempuan, anjuran berhias tetap harus memperhatikan batas-batas syariat, seperti tidak membuka aurat, tidak mempertontonkan penampilan yang memikat laki-laki lain yang bukan mahramnya dan lain sebagainya. (Syekh Zakariyya al-Anshari, Asna al-Mathalib, juz 1, hal. 281).

8. Tahniah (memberi ucapan selamat).

Poin terakhri yaitu Tahniah, pada hari raya idul fitri sendiri adalah hari yang penuh dengan kegembiraan, jadi dianjurkan untuk saling memberikan selamat atas kebahagiaan yang diraih saat hari raya. Di antara dalil kesunnahannya adalah beberapa hadits yang disampaikan al-Imam al-Baihaqi, beliau dalam kitab Sunannya menginventarisir beberapa hadits dan ucapan para sahabat tentang tradisi ucapan selamat di hari raya.

Baca Juga: KPK Resmi Tetapkan Walkot Bandung Yana Mulyana Jadi Tersangka Kasus Suap Pengadaan CCTV dan Internet

Rangkaian dalil tersebut dapat dibuat pijakan untuk persoalan ucapan hari raya yang berkaitan dengan keutamaan amal ini. Demikian pula riwayat al-Bukhari dan Muslim tentang kisah taubatnya Ka’ab bin Malik setelah beliau absen dari perang Tabuk, Talhah bin Ubaidillah memberinya ucapan selamat begitu mendengar pertaubatnya diterima.

Ucapan selamat itu dilakukan dihadapan Nabi dan beliau tidak mengingkarinya. Tidak ada aturan baku mengenai redaksi ucapan selamat ini. Salah satu contohnya “taqabbala allâhu minnâ wa minkum”, “kullu ‘âmin wa antum bi khair”, “selamat hari raya Idul Fitri”, “minal aidin wa al-faizin”, “mohon maaf lahir batin”, dan lain sebagainya.

Sebenarnya di setiap kata yang ditradisikan sebagai ucapan selamat dalam momen hari raya, maka sudah bisa mendapatkan kesunnahan tahniah ini. Bahkan, Syekh Ali Syibramalisi menegaskan tahniah juga bisa diwujudkan dalam bentuk saling bersalam-salaman.

Demikian itulah 8 sunnah di Hari Raya Idul Fitri. (WellyMellyanty/Jobtraining)**

Ikuti berita MapayBandung.com lainnya di Google News.

Editor: Asep Yusuf Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x