Memaknai Lailatul Qadar dari Surah Al-Qadr Ayat 2 dan 3: Keagungan yang Disembunyikan

- 9 April 2023, 09:15 WIB
Surah Al-Qadr merupakan surah ke-97 dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 5 ayat, dan termasuk golongan Makkiyah.
Surah Al-Qadr merupakan surah ke-97 dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 5 ayat, dan termasuk golongan Makkiyah. /iStock

MAPAY BANDUNG - Surah Al-Qadr merupakan surah ke-97 dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 5 ayat, dan termasuk golongan Makkiyah.

Tepatnya, surah Al-Qadr diturunkan setelah surah 'Abasa dan dinamai Al-Qadr karena disebut dalam ayat pertama dan kedua di surah itu yang berarti kemuliaan.

Kemuliaan dalam surah Al-Qadr merujuk pada malam kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan.

Baca Juga: Persita vs Persib Jam Berapa? Simak Jadwal dan Preview di Liga 1 Hari Ini

Untuk lebih jelasnya, Berikut MapayBandung.com telah melansir dari tulisan Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo:

Keagungan Lailatul Qadar yang disembunyikan dari tafsir ulama atas surat Al-Qadr ayat 2 dan 3: Imam Abu Hayan al-Andalusi mengatakan dalam tafsirnya bahwa pada ayat ke-2 yang berbunyi "wa mā adrāka mā lailatul-qadr" sebagai bentuk pengagungan malam Lailatul Qadar.

Yakni, pengetahuanmu tidak akan sampai pada batas maksimal keutamaan Lailatul Qadar.

Baca Juga: Bahaya Banget! Jangan Minum Air Dingin Saat Buka Puasa, dr. Saddam Ismail Bilang Begini

Kemudian Allah menjelaskannya kepada Nabi Muhammad. Sufyan bin Uyainah mengatakan terkait kalimat "wa mā adrāka", dimana sesungguhnya Allah telah memberi pengetahuan kepada nabinya:

Sufyan bin Uyainah berkata: "Huruf "ma" dalam Al-Qur'an yaitu "wa mā adrāka" yang berarti "Dan tahukah kamu?", sesungguhnya Allah telah memberitahukannya kepada Nabi Muhammad saw. Sedangkan huruf "ma" dalam ayat "wa mā yudrika" yang berarti, "Dan tahukah kamu?", sesungguhnya Allah tidak memberitahukannya kepada Nabi Muhammad saw.

Dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui Allah menyembunyikan malam Lailatul Qadar dari hamba-hamba-Nya supaya bisa lebih bersungguh-sungguh dalam beramal dan tidak bergantung atas keutamaannya saja, lalu melalaikan atau bermalas-malasan untuk beramal di waktu selain Lailatul Qadar.

Baca Juga: Ide Jualan Online Lebaran 2023, Brownies Crispy Modal Rp13 Ribu Aja, Begini Cara Buatnya

Ayat ke-2 ini juga memberikan isyarat tentang keagungan malam Lailatul Qadar yang tidak dapat ditembus oleh pengetahuan manusia, bahkan sekelas ulama sekalipun.

Kemudian pada ayat berikutnya, yaitu ayat ke-3 yang berbunyi "lailatul-qadri khairum min alfi syahr", yakni sesungguhnya beribadah di malam Lailatul Qadar lebih baik dibandingkan beribadah selama 1.000 bulan. Imam al-Qurthubi menafsirkan ayat ke-3 ini sebagai berikut:

"Yakni, Allah menjelaskan keutamaan dan keagungan malam Lailatul Qadar. Adapun keutamaan waktu ini sesungguhnya karena banyaknya keutamaan yang diberikan di waktu ini. Di malam Lailatul Qadar dibagikan banyak kebaikan yang tidak ditemukan semisalnya dalam 1.000 bulan."

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Adzan Maghrib Surabaya Minggu 9 April 2023

Kemudian Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa mayoritas mufasir menafsirkan ayat ini dengan makna: "Yakni beramal atau beribadah di malam Lailatul Qadar lebih baik dibandingkan beramal dalam 1.000 bulan yang tidak ada Lailatul Qadarnya."

Abu Aliyah juga berpendapat: "Lailatul Qadar lebih baik dibandingkan 1.000 bulan yang tidak ada Lailatul Qadarnya." (Syamsudin al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 131).

Syekh Mustafa al-Maraghi dalam menafsirkan ayat ini mempuyai sudut pandang berbeda dengan para mufasir pada umumnya, yakni terkait alasan Lailatul Qadar lebih baik daripada 1.000 bulan. Berikut penjelasannya:

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Adzan Maghrib Bandung Hari Ini Minggu 9 April 2023

"Karena sesungguhnya malam yang cahaya petunjuk bersinar di malam itu, diturunkannya permulaan syariat baru kepada manusia terbaik dan malam tersebut merupakan peletakan batu pondasi agama terakhir yang akan selalu sesuai dengan setiap masa dan tempat, adalah malam yang lebih utama dibanding 1.000 bulan dimana mereka membabi buta dalam kegelapan syirik, kesesatan menyembah berhala, kebingungan yang tidak ada ujungnya dan tidak mengenali batasan." (Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, [Mesir: Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi: 1365H/1946M], juz XXX, halaman 208). (nurul Izzah Pantjita/ Job Training)***

Ikuti berita MapayBandung.com lainnya di Google News.

Editor: Asep Yusuf Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah