MAPAY BANDUNG - Berikut ini profil Joko Tingkir, seorang tokoh Jawa kuno yang namanya kembali viral.
Belakangan ini, nama Joko Tingkir kerap jadi buah bibir masyarakat Indonesia.
Pasalnya, nama Joko Tingkir dicatut dalam sebuah lagu koplo berjudul “Joko Tingkir Ngombe Dawet” yang tuai kontroversi.
Lantas, siapakah Joko Tingkir sebenarnya karena banyak Ulama mengkritik lirik lagu tersebut? Begini penjelasannya.
Menurut seorang Ulama kharismatik sekaligus mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Joko Tingkir ternyata seorang Wali.
“Joko Tingkir itu Wali, Kyai itu,” jelasnya, dikutip MapayBandung.com dari YouTube Wasis Kubro Chanel, Selasa 23 Agustus 2022.
Gus Dur menambahkan, Joko Tingkir pernah menjabat sebagai seorang Raja di Kesultanan Pajang.
Nama Joko Tingkir kala menjadi raja, adalah Sultan Hadiwijoyo.
Baca Juga: Persib Kalah Tak Berdaya dari 10 Pemain Bali United di Stadion GBLA
Kesultanan Pajang merupakan kelanjutan Kesultanan Demak, yang berpusat di Jawa Tengah.
Namun semenjak anak angkatnya bernama Sutowijoyo melakukan kudeta, Joko Tingkir harus pergi dari Kesultanan Pajang.
Bagi masyarakat Jawa, pasti tak asing mendengar gelar Panembahan Senopati.
“Gelarnya Panembahan Senopati ing ngalogo Sayyidin panatogomo khalifatullah di tanah Jawa,” lanjut Gus Dur.
Baca Juga: Kenali 10 Jenis Aglonema Thailand Ini, Biar Gak Nyesel dan Salah Beli
Itulah Sutowijoyo, anak angkat Joko Tingkir yang naik tahta di Kesultanan Pajang, usai mengalahkan dirinya dalam sebuah perang tanding.
Semenjak melepas masa bakti sebagai seorang Sultan, Joko Tingkir pergi ke sebuah kampung terpencil.
Ia merelakan kekuasaan yang selama ini digenggam, lepas begitu saja ke tangan sang anak angkat.
Namun Joko Tingkir tak memaksa diri untuk merebut kembali kekuasaan.
Baca Juga: Wajib Teliti Sebelum Membeli, Ini 10 Tips Memilih Burung Perkutut Lokal di Ombyokan
Ia memilih pergi dan mendirikan pesantren, dengan misi dakwah dan menyebarkan ilmu agama.
Gus Dur menegaskan, hikmah yang bisa diambil dari kisah Joko Tingkir, mengenai kerelaan derajat manusia yang lebih tinggi dari sekedar jabatan.
“Jabatan itu bukan apa-apa simata beliau (Joko Tingkir) hadirin,” tegas Gus Dur.
Begitulah profil dan kisah Joko Tingkir, sang Ulama sekaligus seorang raja di Kesultanan Pajang.***