Kapan Isra Miraj 2023? Apakah Jadi Libur Nasional? Simak Juga Maknanya

13 Februari 2023, 08:30 WIB
Kapan Isra Miraj 2023 jatuh? Apakah jadi hari libur? Simak penjelasan Isra Miraj dan juga makna yang terkandung di dalamnya. /Freepik.com

MAPAY BANDUNG – Isra Miraj adalah salah satu peristiwa penting dalam Islam. Isra Miraj 2023 akan jatuh pada Sabtu 18 Februari 2023.

Isra Miraj sendiri merupakan dua perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam. Isra Miraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah, sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.

Kejadian ini adalah salah satu peristiwa penting bagi umat Islam. Sebab, pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu.

Baca Juga: Inilah Yanuka Rav Shlomo Yehuda, Manusia Setengah Dajjal yang Diakui Sebagai Messiah oleh Yahudi Israel

Isra Miraj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul.

Peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah sekaligus titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW.

Peringatan Isra Miraj 2023

Berdasarkan kalender digital milik Kementerian Agama (Kemenag), 27 Rajab 1444 H jatuh pada hari Sabtu, 18 Februari 2023. Artinya, Isra Miraj akan diperingati pada tanggal dan hari tersebut.

Selain itu, peringatan Isra Miraj pada 18 Februari juga ditetapkan sebagai hari libur nasional oleh pemerintah. Hal ini merujuk pada Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri Nomor 3 Tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023.

Baca Juga: Memiliki Makna Penting dalam Islam, Kapan Isra Mi’raj Tahun 2023?

Makna Isra Miraj

 

Dilansir MapayBandung.com dari laman resmi Kemenag Senin 13 Februari 2023, peristiwa Isra Miraj merupakan peristiwa yang berharga dan bermakna bagi umat Islam. Sebab, saat itulah salat lima waktu diwajibkan dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti Rasulullah.

Baca Juga: PARAH! Tarif Parkir Bus di Jalan Kebon Kawung Bandung Tembus Rp600 Ribu, Mahal Banget

Dari ajaran langit tersebut, terdapat nilai-nilai signifikan bagi sebuah kepemimpinan, diantaranya sebagai berikut.

1. Menjaga integritas moral (akhlaqul karimah)

Sebagaimana tercermin dari ayat yang mengemukakan peristiwa Isra Miraj, yang dimulai dengan “tasbih”, juga peristiwa pembersihan dada nabi dengan air zamzam ditambah dengan wudlu, maka dalam sebuah kepemimpinan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjaga integritas moral.

Dalam konteks keindonesiaan, hal ini dapat diwujudkan dengan reformasi moral yang dimulai dari tingkat aparaturnya.

2. Belajar kepada sejarah

 

Selain integritas moral, yang tidak kalah pentingnya adalah belajar kepada sejarah. Hal ini bisa berupa nilai-nilai yang berkenaan dengan masa lampau, dapat pula berupa pengalaman dari orang per-orang yang pernah menjalankan sebuah kepemimpinan.

Dengan demikian kontinuitas kesejarahan dapat terus dipertahankan dan dikembangkan.

Baca Juga: True Beauty Pindah Jam Tayang Hari Ini, Simak Jadwal NET TV Senin 13 Februari 2023

3. Mendapat nilai-nilai kesejahteraan

Dengan integritas moral serta nilai-nilai kesejahteraan itu, diharapkan sebuah kepemimpinan dapat berjalan dengan benar dan tidak mudah terpincut godaan, sebagaimana teladan nabi ketika melakukan Miraj-nya.

Kepemimpinan yang demikian hanya dimungkinkan, manakala seluruh aparaturnya tegak lurus dalam melaksanakan keadilan dengan didasari oleh nilai-nilai persamaan di muka hukum (al-musawwah).

Hal ini pun akan dapat berjalan baik, apalagi aparatur tersebut bersikap konsinten dan disiplin, dapat dipercaya, serta dapat merundingkan segala persoalan secara bersama (musyawarah).

4. Kebijakan membumi kepada hati dan kebutuhan

Baca Juga: Berat Tapi Pasti Bisa! Ini Amalan Pelancar Rezeki dan Pelunas Hutang yang Diungkap Syekh Ali Jaber

Hendaknya kebijakan seorang pemimpin membumi kepada hati dan kebutuhan (rakyat) yang dipimpinnya. Dalam peristiwa Isra Miraj, hal itu telah diteladankan Nabi Muhammad SAW, ketika rela kembali (turun) ke bumi setelah bertemu Allah.

Kembalinya Rasulullah ini dimaksudkan untuk menyelamatkan nasib umat manusia. Maka dalam konteks ini, kebijakan yang membumi mutlak diperlukan.

5. Simbolisme prinsip kepemimpinan

Baca Juga: Nikmat! Inilah Resep Mie Kuah Pedas Korea Jjampong Pakai Bahan Lokal, Pecinta Drakor Wajib Coba

Amanat Rasulullah SAW untuk menegakkan salat, pada dasarnya merupakan suatu simbolisme yang mengajarkan prinsip kepemimpinan, yakni pola hubungan antara hamba (manusia) kepada Tuhannya dan antara manusia dengan sesamanya.

Dalam ajaran salat, seseorang yang hendak melaksanakannya, diwajibkan terlebih dahulu berwudlu atau dalam keadaan suci. Pelaksanaan salat itu sendiri dimulai dengan mengagungkan Asma Allah (takbiratul ihram) dan diakhiri dengan doa keselamatan bagi segenap umat manusia (salam).***

Ikuti berita MapayBandung.com lainnya di Google News.

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler