Stunting Baru di Jabar Alami Kenaikan, Dinkes Jabar Akui Terlalu Fokus Pada Penanganan Bukan Pencegahan

- 12 Juni 2024, 09:00 WIB
Kadinkes Jabar dr. Raden Vini Adiani Dewi (tengah) menjelaskan situasi terkini dari percepatan penurunan stunting di wilayahnya dalam konferensi pers di Pasteur, Bandung, Selasa (11/6/2024).
Kadinkes Jabar dr. Raden Vini Adiani Dewi (tengah) menjelaskan situasi terkini dari percepatan penurunan stunting di wilayahnya dalam konferensi pers di Pasteur, Bandung, Selasa (11/6/2024). /ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti

BRAGA, MAPAYBANDUNG.COM - Kasus kelahiran anak stunting baru di Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan.

Dalam data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2022 lalu, angka prevalensi di Jawa Barat berada di 20,2 persen. Sayangnya, angkanya kembali mengalami kenaikan di tahun 2023 menjadi 21,7 persen.

Baca Juga: Puluhan Warga Kampung Ciseureuh Sukabumi Keracunan Nasi Box di Acara Syukuran

Hal itu menjadi pukulan bagi Pemprov Jabar karena terlalu fokus pada penanganan anak sunting. Padahal dalam waktu yang bersamaan, ada sejumlah hal yang patut untuk dicegah.

“Sebelumnya kita itu terlalu fokus pada penanganan anak stuntingnya. Anak stunting tetap kita tangani tapi kini, kita berfokus mencegah lahirnya anak stunting baru yang disebabkan oleh beberapa hal,” kata Kepala Dinkes Jabar, dr. Raden Vini Adiani Dewi, dikutip MapayBandung.com dari ANTARA, Rabu 12 Juni 2024.

Baca Juga: Jelang Pilkada 2024, Dedi Mulyadi Kunjungi DPD Demokrat Jabar Bahas Dua Hal Ini

Data SKI tahun 2023 sebesar 21,7 persen itu merupakan kelahiran anak stunting baru yang dapat disebabkan oleh kemiskinan ekstrem, dan calon pengantin yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK).

Belum lagi adanya anak dengan kondisi kekurangan gizi yang berpotensi menjadi kasus stunting baru.

Oleh sebab itu, Kadinkes Jabar menyebut, pihaknya berupaya melakukan pencegahan lewat diluncurkannya program bernama 'Geber Si Jumo dan Jamilah'.

Halaman:

Editor: Haidar Rais


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah