Berjarak 1 Jam dari Bandung, Bandara Terbesar di Jawa Barat Diusulkan Ganti Nama, Ini Kandidatnya

- 26 Mei 2024, 19:00 WIB
Ilustrasi Bandara.
Ilustrasi Bandara. /Freepik/

BRAGA, MAPAYBANDUNG.COM - Sebuah bandara terbesar di Jawa Barat yang berjarak 1 jam dari Bandung diusulkan ganti nama.

Pergantian nama bandara terbesar di Jawa Barat ini sudah sampai ke pihak Pemprov Jawa Barat.

Perlu diketahui, bandara terbesar di Jawa Barat ini baru saja beroperasi setelah lama mati suri.

Baca Juga: Link Live Streaming Persib vs Madura United di Final Liga 1 Hari Ini

Terlebih lagi saat ini bandara terbesar di Jawa Barat digunakan untuk pemberangkatan haji.

Ya, bandara terbesar di Jawa Barat yang diusulkan ganti nama itu bernama Bandara Kertajati.

Bandara Kertajati diusulkan berganti nama menjadi KH Abdul Chalim.

Diketahui, KH Abdul Chalim merupakan tokoh pahlawan nasional yang berasal dari Leuwimunding, Majalengka.

Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin menjelaskan, bahwa usulan nama KH Abdul Chalim menjadi nama resmi Bandara Kertajati sudah diusulkan beberapa waktu lalu dan tengah diproses oleh Pemprov Jabar.

Baca Juga: PDIP Lirik Ridwan Kamil di Bursa Pilgub Jabar 2024, Ono Surono Maju Jadi Wakil Gubernur?

"Memang sudah diterima (usulannya), kemarin dari keluarga dan tokoh Majalengka pas sarasehan terkait dengan pahlawan nasional (juga menyampaikan), itu kami proses," kata Bey Machmudin, dikutip MapayBandung.com dari ANTARA, Selasa 5 Desember 2023.

Meski demikian, Bey juga meminta kepada DPRD Jawa Barat memberikan dukungan kuat untuk nama pahlawan nasional KH Abdul Chalim menjadi nama resmi Bandara Kertajati.

"Kami proses, tapi dari DPRD harus ada dukungan supaya lebih kuat lagi," katanya.

Sebagai informasi, KH Abdul Chalim merupakan tokoh pahlawan nasional yang lahir di Leuwimunding, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, pada tanggal 2 Juni 1898.

Baca Juga: Bey Machmudin Dorong Percepatan Reaktivasi Kereta Api Jalur Pangandaran dan Ciwidey

Kakeknya seorang Kepala Desa Kertagama, putra dari Buyut Liuh yang merupakan putra seorang Pangeran Cirebon yang bila ditelusuri tersambung kepada Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Djati.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah HIS (Hollandsch Inlandsche School), KH Abdul Chalim belajar di beberapa pesantren di wilayah Leuwimunding dan Rajagaluh, di antaranya Pondok Pesantren Banada, Pondok Pesantren al-Fattah Trajaya, dan Pondok Pesantren Nurul Huda al Ma’arif Pajajar.

KH Abdul Chalim juga dikenal sebagai pembina kerohanian organisasi paramiliter Hizbullah, pendiri Hizbullah untuk wilayah Majalengka dan Cirebon, serta pejuang Hizbullah dan angkat senjata di beberapa medan pertempuran yaitu Cirebon, Majalengka, dan Surabaya.

Baca Juga: Tarik Wisatawan, Pemkab Sumedang Bangun Tempat Kemping di Kawasan Geotheater

KH Abdul Chalim tercatat pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) ini, wafat di Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat, pada 12 Juni 1972.

Kini, namanya diabadikan menjadi nama perguruan tinggi di Mojokerto, yaitu Institut Pesantren KH Abdul Chalim Mojokerto, yang sedang berproses menjadi Universitas Pesantren KH Abdul Chalim Mojokerto, Jawa Timur.***

Editor: Asep Yusuf Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah