KABAR BAIK! Angka Stunting Anak di Jabar Turun 4,3 Persen, Ditargetkan 'Zero Stunting' pada 2023

- 9 Desember 2023, 09:00 WIB
Angka stunting anak di Jabar terus menurun.
Angka stunting anak di Jabar terus menurun. /

Tak hanya itu anak juga jadi rentan terhadap penyakit. Sistem kekebalan tubuh anak yang mengalami stunting itu lemah, sehingga mereka lebih rentan terhadap penyakit infeksi seperti pneumonia, diare, dan penyakit pernapasan lainnya. Kondisi stunting juga dapat mempengaruhi proses penyembuhan ketika balita mengalami sakit atau cedera.

Stunting tidak sama dengan gizi buruk

Stunting dan gizi buruk adalah dua kondisi kesehatan yang berbeda meskipun keduanya berhubungan dengan masalah gizi pada anak-anak. Stunting mengacu pada bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama, mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Akibatnya, tinggi dan berat badan mereka lebih rendah dari anak sebayanya.

Sementara itu, gizi buruk merupakan kondisi di mana anak mengalami kekurangan nutrisi esensial seperti protein, energi, vitamin, dan mineral. Gizi buruk dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk berat badan yang sangat rendah, kulit kering dan keriput, rambut kusam, kelemahan fisik, dan gangguan pada sistem kekebalan tubuh.

Perbedaan utama antara stunting dan gizi buruk terletak pada fokusnya. Stunting lebih menitikberatkan pada aspek pertumbuhan fisik, khususnya tinggi badan, sementara gizi buruk mencakup berbagai defisiensi nutrisi yang mempengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan.

Prevalensi Balita Stunting di Jawa Barat: Nyaris mencapai target WHO

Prevalensi balita stunting mengacu pada persentase jumlah balita di suatu populasi yang mengalami stunting dalam pertumbuhan fisiknya. Prevalensi balita stunting digunakan sebagai indikator untuk menilai masalah gizi pada kelompok balita di suatu wilayah atau negara. Semakin tinggi nilainya, semakin serius dan mendesak perluasan upaya untuk mengatasi masalah ini.

Baca Juga: Pemkot Hadirkan Bandung Tangkas Tangkis Tengkes untuk Turunkan Stunting

World Health Organization (WHO) menetapkan angka prevalensi stunting yang menjadi target global adalah di bawah 20%. Hal ini sebagai upaya untuk menekan kasus stunting pada anak-anak di seluruh dunia dan mencapai target pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-2 terkait mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan memperbaiki nutrisi.

Prevalensi Balita Stunting Provinsi Jawa Barat Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2022

Terlihat, masih terdapat 11 wilayah di Jawa Barat yang memiliki nilai prevalensi di atas rata-rata provinsi (20,2%). Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pencegahan dan penanganan stunting yang lebih intensif di wilayah-wilayah tersebut guna mencapai target global WHO yang menetapkan angka prevalensi stunting di bawah 20%. Apalagi, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga 14 persen di tahun 2024 mendatang.

Jawa Barat memiliki targetnya sendiri. Setelah berhasil menurunkan prevalensi stunting sebesar 4,3% dari tahun 2021 ke 2022, Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023, Ridwan Kamil optimis Jawa Barat bisa menjadi provinsi dengan zero stunting di tahun 2023.

"Harus 'zero stunting' dan sekarang Jabar menuju 'zero stunting' setelah menjadi yang terbaik dalam penanganan penurunan stunting di Pulau Jawa," ungkap Ridwan Kamil.

Salah satu langkah yang diambil adalah melibatkan 1,5 juta kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang siap untuk mengakselerasi strategi konvergensi dalam penurunan angka stunting di Jawa Barat. Dalam strategi konvergensi ini, kader PKK yang ada di desa atau kelurahan memiliki tugas untuk menyosialisasikan delapan aksi yang penting. Aksi cegah stunting tersebut mencakup analisis situasi terkait stunting, penyusunan rencana kegiatan, serta melaksanakan rembuk stunting untuk melibatkan semua pihak yang terkait.

Halaman:

Editor: Asep Yusuf Anshori


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x