Sementara itu, Kepala PVMBG Andiani mengungkapkan, bencana gerakan tanah ini diperkirakan pernah terjadi tiga tahun yang lalu dan masih berkembang sampai sekarang.
"Jenis gerakan tanah diperkirakan berupa rayapan yang bergerak lambat, ditandai dengan retakan pada tanah dan merusak bangunan di atasnya," ungkap Andiani.
Ia menjelaskan, pada zona ini bisa terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama pun dapat aktif kembali.
Baca Juga: Jalan di KM 122 Tol Cipali Arah Jakarta Amblas, Petugas Berlakukan Contraflow
Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah diperkirakan karena kemiringan lereng yang agak curam, tanah pelapukan yang bersifat mudah meloloskan air melalui retakan yang terbentuk, dan sistem penataan drainase kurang baik serta tidak kedap air.
"Hujan yang turun dengan intensitas tinggi juga menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah," tuturnya.***