PVMBG Ungkap Penyebab Tanah Amblas di Tol Cipali KM 122

- 9 Februari 2021, 19:13 WIB
Tol Cipali Cirebon arah Jakarta amblas, pengelola berencana membangun lajur darurat.
Tol Cipali Cirebon arah Jakarta amblas, pengelola berencana membangun lajur darurat. /ntmc.polri.go.id


MAPAY BANDUNG - Tanah amblas terjadi di ruas Tol Cipali KM 122 arah Jakarta pada Selasa 9 Februari 2021 sekira pukul 03.00 WIB.

Saat ini pengelola Tol Cipali menutup sementara jalan itu, dan memberlakukan contraflow dari KM 117 hingga KM 126 Tol Cipali selama perbaikan jalan.

Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) membeberkan analisis dan penyebab amblas atau pergerakan tanah di Tol Cipali KM 122, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang.

Baca Juga: Perbaikan Jalan di KM 122 Tol Cipali Ditargetkan Rampung dalam 2 Pekan

Dari hasil analisis, diketahui jenis gerakan tanah itu berupa nendatang lambat atau rayapan yang ditandai dengan retakan pada badan jalan.

"Retakan terjadi pada badan jalan sepanjang 20 meter dengan kedalaman 1 meter pada jalur arah Jakarta," ucap Kepala PVMBG, Andiani dalam keterangan resminya.

Andiani mengatakan, lokasi bencana merupakan daerah landai hingga agak curam yang berada di bantaran Sungai Cipunagara dengan kemiringan lereng kurang dari 20 derajat.

Baca Juga: Jalan di KM 122 Tol Cipali Arah Jakarta Amblas, Petugas Berlakukan Contraflow

Lokasinya sendiri berada di ketinggian 20 - 25 meter di atas permukaan laut.

"Di sekitar area gerakan tanah tidak terdapat struktur geologi berupa lipatan maupun sesar atau patahan," sambungnya.

Dengan demikian pihaknya memperkirakan empat faktor penyebab gerakan tanah yaitu karena kemiringan lereng yang tidak terlampau curam sehingga gerakan tanah relatif lambat.

Baca Juga: Mahasiswa Mau Dapat Uang Rp700 Ribu per Bulan dari Mendikbud? Simak Caranya di Sini

Baca Juga: Berlaku Mulai Besok, Ini Jadwal Lengkap Perjalanan Kereta Api Terbaru Gapeka 2021

Lalu kemungkinan material timbunan yang kurang padu atau mudah tererosi. Ketiga, pengaruh dari erosi air permukaan (air hujan maupun aliran sungai) di kaki lereng, mengingat lokasinya yang berada tidak jauh dari sungai besar.

"Curah hujan yang tinggi menjadi pemicu gerakan tanah," ungkap Andiani.***

Editor: Rizky Perdana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah