Bikin Kaget, Ternyata Begini Asal-usul Nama Tanjakan Gentong di Tasik, Tak Ada Kaitan dengan Gerabah

28 April 2023, 09:30 WIB
ARMIN ABDUL JABBAR/"PR"ANTREAN kendaraan di kawasan Lingkar Gentong, Tasikmalaya, saat pemberlakuan sistem buka tutup arus balik di Jalur Selatan, Selasa (25/4/2023). Polisi mengatur buka tutup arus kendaraan di sejumlah sumber titik kemacetan ketika terjadi kemacetan arus balik memanjang mulai dari wilayah Tasikmalaya hingga Nagreg, Kabupaten Bandung.* /

MAPAY BANDUNG - Berikut asal-usul penamaan daerah Gentong, yang jadi jalur penting saat mudik di Kabupaten Tasikmalaya.

Penamaan Gentong ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Namun, tidak ada kaitan penamaan Gentong dengan gerabah. Sebab dari dulu, daerah Gentong bukan merupakan sentra pembuatan gerabah.

Seperti kita tahu, tanjakan atau turunan Gentong jadi jalur penting saat mudik Lebaran. Jalur ini kerap macet lantaran digunakan jutaaan pemudik yang menuju Priangan Timur dan Jawa Tengah lewat jalur selatan.

 

Oleh karenanya, Gentong selalu jadi sorotan utama saat mudik. Kemacetan yang mengular panjang serta kecelakaan tidak bisa lepas dari jalur ini.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Bek Incaran Persib Ini Bukan Sosok Sembarangan, Pantas Mahal

Asal-usul

 

Melansir pikiran-rakyat.com, penamaan Gentong erat kaitannya dengan kampung yang berada di area jalur curam itu. Namanya Kampung Gentong, Desa Buniasih, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya.

Lokasi kampung itu tepat berada di bagian bawah jalur lingkar Gentong. Jika bertolak dari Bandung atau Garut, kampung tersebut berlokasi di titik paling akhir selepas menuruni jalan.

Sementara jika bertolak dari Kota Tasikmalaya, Kampung Gentong menjadi titik awal kendaraan mendaki. Letak kampung bersebelahan dengan Jembatan Gentong Sungai Cikidang.

Nama kampung terlihat langsung dari tulisan gapura yang berdiri di tepi jalan.‎ Berada di lereng bukit, kampung itu memiliki pola pemukiman yang menyebar. Sebagian warga bermukim di bagian bawah dekat jembatan, yang lainnnya berada di bagian atas perbukitan.

Tak terlihat sama sekali aktivitas pembuatan gerabah di sana. Hamparan pesawahan di lereng bukit justru menunjukkan warga Gentong adalah petani.

Baca Juga: Bukan Sosok Sembarangan, Bek Incaran Persib Ini Pernah Bobol Gawang Teja Paku Alam, Pantas Harganya Selangit

Tidak ada kaitan dengan gerabah

 

Penelusuran mempertemukan Pikiran Rakyat dengan ‎Suta bin Haji Sujai, sesepuh Kampung Gentong. Pria berusia 87 tahun itu menampik asal mula nama Gentong berasal aktivitas pembuatan gerabah tersebut.

Soalnya, tak ada warga kampung yang melakoni aktivitas membuat tempat pembuangan air tersebut. Warga Gentong adalah petani bukan perajin gerabah atau tembikar. Musabab penamaan Gentong lebih terkait dengan adanya mata air yang berada di kampung itu.

"Karena banyak air," ucap Suta. Kaitan Gentong dengan nama kampung diperkirakan berhubungan dengan fungsinya sebagai penampung air.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di pikiran-rakyat.com dengan judul "Misteri Nama Gentong, Daerah yang Kerap Macet Saat Mudik Lebaran".

Kampung Gentong memang memiliki mata air yang tak pernah kering dan ditampung warga. Ada dua mata air yang masih dipakai warga di Gentong.

Salah satunya berada di belakang rumah Suta. Ia menunjukkan langsung mata air yang dialirkan ke rumahnya. Untuk keperluan warga, Suta membuat lubang penampungan mata air yang bisa digunakan setiap saat. Warga cukup mencabut penutup pada pancuran penampungan dan mewadahi menggunakan ember.

Mata air yang ditampung dan digunakan warga memiliki fungsi yang sama seperti Gentong. Gentong adalah tempayan penampung air yang juga dipakai untuk keperluan masyarakat.

Suta membantah penggambaran kampung tersebut seperti yang dilakukan sebuah rumah makan kawasan itu yang memakai simbol gentong dan menaruh barang asli di halamannya. Pasalnya, kaitan nama kampung adalah fungsi gentong sebagai penampung limpahan mata air bukan wujud asli gerabah tersebut.

Baca Juga: Info Arus Balik: 22.825 Orang Masuk ke Kota Bandung dengan Bus

Pendapat lain

Akan tetapi, penjelasan Suta belum cukup memuaskan. Mengingat penampung air baik dalam definisi maupun wujud asli bukan hanya gentong. Kenapa tak diberi nama gayung, kendi, atau sekalian saja jolang yang lebih khas istilah kesundaannya?

Pendapat lain muncul dari T Bachtiar, Anggota Masyarakat Geografi Nasional Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung.

Penamaan Gentong, tutur T Bachtiar, merujuk pada morfologi kawasan yang cekung. ‎"Banyak sekali nama geografi yang menunjukan rona bumi yang cekung," kata T Bachtiar. Ia menyebut penamaan tempat berdasaran rona bumi lazim di Jawa Barat.

"Kalau dibuat penampangnya, pasti rona buminya cekung, seperti Gentong, Cijolang, Cipariuk, Sukajadi, Salopa, Cangkorah," ucapnya.

Demikian pula penamaan Gentong. "Dilihat dari jauh seperti penampang Gentong," ujar T Bachtiar.

Bentukan morfologi yang cekung pun dianalogikan dengan benda-benda yang populer pada masyarakat pada zaman itu.

Baca Juga: Daebak! BLACKPINK Jadi Girl Group dengan Pendapatan Tur Tertinggi Dalam Sejarah Lewat Konser 'Born Pink'

 

Bentukan mirip gentong terlihat dari ketinggian jalur yang melintasi perbukitan dengan dasar di titik terendahnya. Permukaan yang cekung bisa dinikmati pemudik atau pengendara saat melintasi titik tertinggi Jalur Gentong yang berada di dekat perlintasan kereta api.

Dari titik itu, deretan bukit-bukit mengapit Gentong dengan pemukiman warga terlihat di bawahnya. Deretan bukit kemudian berganti pemandangan Gunung Cakrabuna di utara dan Talagabodas serta Galunggung di Selatan yang memagarinya.***

Ikuti berita MapayBandung.com lainnya di Google News.

Editor: Rian Firmansyah

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler